Ahad 11 Mar 2018 18:23 WIB

Cina: Perang Dagang dengan AS Bencana Ekonomi Global

Tarif impor baja Trump memicu gejolak di pasar keuangan global.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Pekerja mengamati proses Press Sizing (pembentukan sleb) baja lembaran.
Foto: antara
Pekerja mengamati proses Press Sizing (pembentukan sleb) baja lembaran.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Perdagangan Cina Zhong Shan mengatakan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) hanya akan membawa bencana bagi perekonomian global. Beijing telah mengkritik tarif logam yang diusulkan Washington dan menyebutnya berpotensi menghambat pertumbuhan perekonomian dunia.

Setelah mendapat tekanan dari sekutu, AS setuju memberikan kelonggaran dari tarif 25 persen untuk impor baja dan 10 persen untuk alumunium. Keputusan itu diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump pekan lalu.

Pada Sabtu (10/3), Uni Eropa dan Jepang mendesak AS memberikan pembebasan tarif impor logam. Namun target utama AS adalah Cina, yang perluasan kapasitasnya akan membantu menambah surplus baja global.

Cina telah berulang kali berjanji mempertahankan hak dan kepentingannya jika menjadi target dari kebijakan perdagangan AS. Zhong, yang berbicara di sela-sela sidang parlemen tahunan Cina, mengatakan Cina tidak menginginkan perang dagang dan tidak akan memulai perang.

"Tidak akan ada pemenang dalam perang dagang. Ini hanya akan membawa bencana bagi Cina, Amerika Serikat, dan dunia," ujar Zhong.

Ia menambahkan, Cina dapat menangani tantangan apa pun dan dengan tegas akan terus melindungi kepentingan dalam negeri. Namun menurutnya, kedua negara harus terus menjalin komunikasi.

"Tidak ada yang mau berperang, dan semua orang tahu ada yang merugikan dan tidak menguntungkan diri sendiri," jelasnya.

Pengumuman Trump mengenai tarif telah menggarisbawahi kekhawatiran tentang meningkatnya proteksionisme AS. Hal ini memicu gejolak di pasar keuangan global, karena investor khawatir perdagangan yang menyulitkan akan menghancurkan kenaikan pertumbuhan perekonomian dunia.

Pada Jumat (9/3), industri logam Cina mengecam keputusan Trump dan mendesak pemerintah melakukan pembalasan dengan menargetkan batubara AS. Sektor batu bara cukup penting bagi basis politik Trump dan ia telah berjanji mengembalikan kejayaan industri Amerika.

AS adalah pengimpor baja terbesar di dunia dan telah membeli 35 juta ton bahan baku pada 2017. Dari impor tersebut, Korea Selatan (Korsel), Jepang, Cina dan India masing-masing mengeluarkan sekitar 6,6 juta ton.

Ketegangan perdagangan antara Cina dan AS telah semakin meningkat sejak Trump menjabat sebagai presiden. Cina hanya menyumbang sebagian kecil impor baja ke AS, tetapi ekspansi industri baja globalnya yang cukup besar telah membantu menurunkan harga.

Zhong mengatakan angka defisit perdagangan resmi AS telah berada di atas perkiraan sekitar 20 persen. Angka tersebut akan jauh lebih rendah jika AS melonggarkan pembatasan ekspor pada beberapa barang berteknologi tinggi.

Trump percaya kenaikan tarif akan melindungi lapangan pekerjaan di Amerika. Meski demikian, banyak ekonom mengatakan dampak kenaikan harga bagi pengguna baja dan alumunium, seperti industri otomotif dan minyak, akan menghancurkan lebih banyak pekerjaan daripada mengekang impor.

Pemerintahan Trump mengatakan AS secara keliru telah mendukung keanggotaan Cina dalam Organisasi Perdagangan Dunia pada 2001. AS telah gagal memaksa Beijing untuk membuka perekonomiannya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement