Kamis 08 Mar 2018 18:00 WIB

Indonesia Kecam Kebijakan Perang Dagang Trump

Kebijakan tarif impor yang diterapkan AS menjadi tantangan perdagangan global.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Budi Raharjo
Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla
Foto: EPA-EFE / Jawad Jalali
Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia mengecam kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kebijakan ini dapat menyulut munculnya perang dagang antarnegara.

Diketahui, Presiden Trump menerapkan kebijakan tarif impor baja dan alumunium kepada negara-negara mitra dagangnya. Kebijakan ini merupakan upaya Trump untuk melindungi industri dalam negeri AS.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, sejauh ini Indonesia tidak terkena dampak dari kebijakan tarif impor baja dan alumunium tersebut. Namun apabila kebijakan tarif impor ini diperluas ke sektor lain maka Indonesia harus bereaksi.

"Tapi kalau diperluas, katakanlah ke sawit maka tentu kita harus bereaksi," ujar Jusuf Kalla yang ditemui di Sekretariat Chef de Mission, Komplek Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Kamis (8/3).

Jusuf Kalla mengatakan, Indonesia memiliki nilai tawar dengan AS. Sejauh ini, Indonesia mengimpor kedelai, jagung, gandum, dan pesawat dari AS. Jusuf Kalla menegaskan, apabila Presiden Trump memperluas kebijakan tarif impornya ke komoditas sawit maka Indonesia tidak segan akan mengurangi impor kedelai maupun gandum dari AS.

"Kalau dia (Presiden Trump) menghalangi CPO kita masuk ke AS maka tentu kita juga mengurangi impor kedelai dan impor terigu dari AS. Harus begitu," kata Jusuf Kalla.

Menurut Jusuf Kalla, kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh AS menjadi tantangan dalam perdagangan global. Oleh karena itu, swasembada pangan tetap menjadi prioritas utama. Jusuf Kalla menegaskan, keamanan pangan dapat terjaga jika produktivitas ditingkatkan.

Namun, peningkatan produktivitas ini juga harus memperhatikan aspek lingkungan. "Jadi bagaimana meningkatkan produktivitas dengan teknologi dan sistem, kemudian menjaga lingkungan," ujar Jusuf Kalla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement