REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini asuransi syariah memang terus berkembang dan semakin diminati masyarakat. Hanya saja penetrasinya masih sangat kecil bila dibandingkan dengan konvensional.
Pakar Ekonomi Syariah Muhammad Syakir Sula menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab perkembangan industri syariah lambat. Faktor utamanya, kata dia, yakni aspek permodalan. "Dengan modal kecil, perusahaan asuransi tidak bisa melakukan apa-apa. Maka penting sekali modal," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu, (7/3).
Lalu faktor kedua, menurutnya yakni dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM). "SDM harus betul-betul siap untuk menjelaskan konsep syariah," kata Syakir.
Hal itu karena belum banyak masyarakat memahami konsep asuransi syariah. Dengan begitu perlu sosialisasi lebih gencar. Faktor terakhir yang membuat asuransi syariah jalan di tempat yaitu, sistem Informasi dan Teknologi (IT). Ia menilai, sistem IT yang belum bagus menimbulkan banyak komplain. "Bila ingin memajukan asuransi syariah, tiga hal tersebut harus dilakukan," tegasnya.
Apalagi, kata dia, kini dukungan pemerintah terhadap ekonomi syariah semakin nyata dengan dibentuknya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang diketuai langsung oleh Presiden Joko Widodo "Feeling saya, mulai tahun depan syariah akan menggeliat. Hal itu karena akan digerakkan dari istana. Di Malaysia, ekonomi syariahnya tumbuh pesat sebab pemerintahnya mendukung penuh," tambah Syakir.