Kamis 01 Mar 2018 19:22 WIB

BI: Inflasi Bisa Terjaga Asal BBM tak Naik

BBM nonsubsidi berdampak kecil pada inflasi, tapi BBM subsidi dampaknya besar.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengendara mengisi BBM jenis Pertamax di salah satu SPBU di Jakarta, Selasa (21/11). Pertamina menaikkan harga BBM Jenis Pertamax menjadi Rp8.400 per liter atau naik Rp150 dari harga sebelumnya Rp8.250 per liter.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara
Pengendara mengisi BBM jenis Pertamax di salah satu SPBU di Jakarta, Selasa (21/11). Pertamina menaikkan harga BBM Jenis Pertamax menjadi Rp8.400 per liter atau naik Rp150 dari harga sebelumnya Rp8.250 per liter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi menyatakan, bank sentral memproyeksikan inflasi sampai akhir tahun akan terjaga di 3,5 plus minus 1 persen. Asalkan, pemerintah tidak menaikkan BBM.

"Walau mungkin ada penyesuaian harga BBM nonsubsidi, tapi di perhitungan kami dampaknya ke inflasi sangat kecil. Kalau harga BBM subsidi yang disesuaikan, baru dampaknya besar," kata Doddy kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (1/3).

Menurutnya, menjaga inflasi sangat penting karena suka bunga acuan BI pun ditentukan berdasarkan tingkat inflasi. "Jadi kalau misalkan ada kenaikan suku bunga di AS lalu inflasi stabil di 3,5 plus minus 1 persen, maka belum tentu BI naikkan suku bunga. Kecuali terjadi pelemahan yang berdampak ke inflasi," kata dia.

 BI mencatat Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2018 tetap terkendali dalam kisaran sasaran. Inflasi IHK pada Februari 2018 tercatat 0,17 persen month to month (mtm). Angka itu menurun dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 0,62 persen mtm.

"Penurunan tersebut dipengaruhi oleh inflasi inti dan volatile food yang lebih rendah dari bulan sebelumnya, di tengah meningkatnya inflasi administered prices," ujar Direktur Departemen Komunikasi Arbonas Hutabarat melalui keterangan resmi, Kamis, (1/3).

Dengan perkembangan tersebut, kata dia, sampai Februari, inflasi IHK tercatat sebesar 0,79 persen year to date (ytd) atau secara tahunan sebesar 3,18 persen year on year (yoy). Angka itu melambat dari bulan lalu sebesar 3,25 persen yoy.

Inflasi inti juga kembali menurun. Inflasi inti tercatat sebesar 0,26 persen mtm, lebih rendah dibandingkan bulan lalu sebesar 0,31 persen mtm. "Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok inti adalah emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 2,58 persen yoy," katanya.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyebutkan, sumber Inflasi terutama bersumber dari komoditas beras, bawang putih, dan bawang merah. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat sebesar 3,10 persen yoy.

Agus juga menyatakan, peningkatan inflasi kelompok administered prices bersumber dari kelompok energi. Pasalnya ada kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi.

BI mencatat, inflasi administered price pada Februari 2018 mencapai 0,07 persen mtm setelah mengalami deflasi sebesar 0,15 persen mtm pada bulan sebelumnya. Inflasi terutama didorong oleh penyesuaian harga bensin nonsubsidi dan tarif listrik. Lalu Komoditas yang mengalami deflasi pada kelompok ini adalah angkutan udara dan bahan bakar rumah tangga. Secara tahunan, komponen administered prices mencatat inflasi sebesar 5,29 persen yoy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement