Rabu 28 Feb 2018 17:34 WIB

PLN Gandeng PT Bangun PLTU Buatan Dalam Negeri

Pembangunan PLTU ini nantinya akan berasal dari seluruh komponen dalam negeri.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Dirut PLN, Sofyan Basir
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Dirut PLN, Sofyan Basir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) menggandeng tujuh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk membangun satu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nasional. Pembangunan PLTU ini nantinya akan berasal dari seluruh komponen dalam negeri dan memakai teknologi yang dikembangkan oleh mahasiswa dalam negeri.

Direktur Utama PLN, Sofyan Basir menjelaskan kerja sama ini selain sebagai pilot project juga menjadi salah satu PLTU yang dibangun dengan komponen dan infrastruktur yang dikerjakan langsung oleh dalam negeri. Sofyan menjelaskan selain ini nantinya proyek bersama ini juga sebagai salah satu ajang bagi mahasiswa untuk bisa ikut serta dalam pengembangan elektrifikasi nasional.

PLTU Nasional ini merupakan pembangkit dengan sumber daya dalam negeri. "Penggunaan produk dalam negeri juga tenaga ahli dari dalam negeri," ujar Sofyan di Hotel Fairmount, Rabu (28/2).

Rencana ini sendiri didukung oleh Menteri BUMN, Rini Soemarno. Rini menjelaskan salah satu kekurangan dari pembangkit listrik di Tanah Air adalah komponen yang masih bergantung dari impor. Ia menjelaskan baru sedikit komponen pembangkit yang bisa diproduksi oleh dalam negeri.

"Ini kelanjutan agar kita bisa memproduksi komponen listrik sendiri. Yang utama dari perjanjian ini adalah membangun PLTU karya anak bangsa sebesar 2 x 50 Megawatt (MW). Selama ini memang belum ada PLTU yang dibangun oleh kita sendiri. Selama ini research kita masih lemah, jadi sekarang kita coba untuk membangun ini bersama Perguruan Tinggi," ujar Rini di lokasi yang sama.

Senada dengan Rini, Rektor Univesitas Indonesia Muhammad Anis menilai langkah kerja sama PLN dengan universitas di Indonesia ini merupakan salah satu langkah baik. Sebab selain membuka kesempatan bagi anak bangsa untuk ikut berkontribusi juga mematahkan pandangan bahwa kerja sama antara universitas dan industri selama ini hanya sebatas menyerap tenaga kerja dan kerja sama penelitian.

"Kalau kerja sama industri sering dikonotasikan PT yang butuh industri. Kalau mau memajukan kemandirian bangsa maka kerja sama dengan industri ini sebagai penguat peningkatakan kompetensi anak didik kami. Meski bekerja sama maka implementasinya bekerja bersama. Kelemahan Indonesia itu kurang sinergi PT dengan industri," ujar Anis dilokasi yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement