REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk memakmurkan umat diperlukan program ekonomi yang nyata. Karenanya, Lembaga Ekonomi Umat (LEU) memilih memberdayakan umat melalui program ritel.
Dengan memiliki jaringan ritel, ini kata Ketua Umum LEU Bambang Wijonarko, umat atau kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat menyebarkan semua produknya. "Ini bagian dari upaya mewujudkan kemandirian dan kedaulatan ekonomi di kalangan umat," kata Bambang.
Menurut dia, sekarang ini, ekonomi umat diolah-olah berjalan sendiri tanpa perlindungan dari pemerintah. Sementara yang kuat-kuat justru mndapat banyak fasilitas, termasuk bagaimana konglomerat bias menguasai berjuta-juta hektar lahan.
"Kita juga ingin mengawal bagaimana regulasi pemerintah dapat disinergikan ke dalam program pemberdayaan ekonomi umat," kata dia. Bambanb optimistis terhadap regulasi, tapi ternyata tidak aplikatif bagi umat. Karena itu, kata Bambang, LEU diharapkan jadi mitra strategis pemerintah dan solusi bagi umat untuk membangun gerakan ekonomi.
Hal itu diungkapkan Bambang, Jumat (23/2) di Jakarta. Sebelumnya, LEU mengadakan Sarasehan Ekonomi Umat: Kemandirian dan Keadilan Ekonomi Umat di gedung Smesco Indonesia, Jakarta (22/2).
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin mengungkapkan, saat ini potensi umat dikapitalisasi oleh pihak lain, bahkan oleh luar negeri. "Karena itu saya berharap umat harus kita kapitalisasi sendiri untuk mewujudkan kedaulatan bangsa," kata Ma’ruf.
Dia mengungkapkan, di masa lalu, program pemerintah berorientasi pada program tricle down effect, artinya pundi-pundi ekonomi yang dikuasai para konglomerasi dpat menetes ke bawah ke kalangan UMKM. "Tapi nyatanya tidak. Para konglomerat justru mencetak alfamart dan indomart untuk mengkapitalisasi umat," ujarnya, dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id.
Itu sebabnya, kata Ma’ruf, MUI menginisiasi diadakannya Kongres Ekonomi Umat (KEU) pada Oktober 2017 yang melahirkan Lembaga Ekonomi Umat (LEU). "Jadi LEU hadir untuk menjawab tantangan tersebut, yaitu membalik agar umat tidak lemah, malas, dan selalu dililit utang".
Acara itu juga menghadirkan prolog Ketua Komisi VI DPR Teguh Juwarno dan keynote speech Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Sutrisno Bachir. Di tempat yang sama juga dilakukan penandatanganan kontrak kerjasama PT Leu Ritel Indonesia selaku pelaksana LEU Mart dengan para mitra, vendor, dan principal. Merekalah yang menunjang sistem dan produk LEU-Mart.
Di tempat yang sama, Staf Ahli Menkop dan UKM Teguh Budiana menegaskan, bicara tentang ekonomi umat adalah bicara tentang bangsa Indonesia. "Sebab, mayoritas bangsa Indonesia adalah umat Islam. Itu sebabnya, program ritel yang digagas LEU-Mart didukung penuh oleh Kementerian Koperasi dan UKM," kata Teguh. Namun, dia mengingatkan, LEU jangan hanya menggarap ritel tapi juga sektor industri hulu.
Soal dukungan pemerintah terhadap sektor UMKM, Teguh Juwarno menilai, kurang maksimal. Nyatanya, anggaran yang dialokasikan untuk Kementerian Koperasi dan UKM masih sangat kecil. "Bahkan, Kredit Usaha Rakyat (KUR) jumlahnya sangat kecil jika dibandingkan kredit yang dikucurkan bank-bank pemerintah kepada sejumlah konglomerat," ujarnya.
Sementara, sarasehan LEU menghadirkan tiga narasumber Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyanti, Dirut PT Pos Logistik Indonesia Rakhmat Eka, dan ekonom Piter Abdullah dari CORE Indonesia.