REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bank Indonesia mendorong optimalisasi pengelolaan wisata yang lahir dari bencana alam. Salah satunya wisata setelah erupsi gunung berapi di Bali. BI melihat ada potensi kawasan tersebut menjadi daya tarik wisatawan.
Wisata "lava tour" yang dikembangkan di Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta dapat menjadi contoh. "Di balik bencana ada peluang. Jalur lava ternyata bisa digunakan sebagai objek wisata. Semoga ini memberikan inspirasi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana ketika menggelar lokakarya kebanksentralan di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut Causa, potensi itu ada di kawasan Gunung Batur di Kabupaten Bangli. Optimalisasi Gunung Batur sebagai tempat wisata diharapkan dapat menjadi sumber potensi ekonomi baru yang mendorong pendapatan masyarakat.
Peluang itu juga diharapkan bisa diaplikasikan untuk wisata di Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, apabila gunung api setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu telah pulih dan stabil dari aktivitas vulkanik saat ini.
Causa mengatakan Yogyakarta dan Bali memiliki karakteristik yang mirip, yakni sama-sama menggenjot sektor pariwisata dan pernah mengalami erupsi gunung api. Untuk itu, pihaknya mengadakan lokakarya di Yogyakarta sekaligus "menegok" upaya yang dilakukan daerah tersebut dalam memajukan peluang pariwisata, termasuk pengembangan potensi ekonomi dari sektor lain seperti perkebunan.
Lava Tour Merapi
Pengembangan wisata gunung api berbasis masyarakat di Kota Gudeg itu salah satunya ada di Kawasan Wisata Kaliadem Umbulharjo, Kabupaten Sleman, yang berada di sisi selatan salah satu gunung api paling aktif di Indonesia itu. Warga setempat menawarkan paket wisata menyusuri sisa-sisa erupsi Gunung Merapi yang dikelola secara swadaya dengan menggunakan mobil jip yang mudah ditemukan di daerah tersebut.
Sopir sekaligus pemandu wisata Robertus Septiadi alias Asep mengatakan paket wisata Merapi ditawarkan dengan harga mulai Rp300 ribu untuk satu mobil jeep berpenumpang maksimal empat hingga lima orang termasuk sopir menyusuri lokasi pendek sekitar 1,5 jam.
Baca juga: Menjajal Lava Tour Merapi Saat Peak Season
Lokasi tersebut, yakni Museum Mini Sisa Hartaku, Batu Alien dan Bunker Kaliadem yang menjadi saksi sejarah letusan Gunung Merapi tahun 2006 dan 2010. Museum mini itu merupakan bekas rumah penduduk yang menampilkan barang-barang milik warga yang meleleh dan hancur setelah diterjang awan panas dan Batu Alien merupakan lokasi ditemukannya batu hasil lontaran erupsi dengan bentuk menyerupai wajah manusia.
Sedangkan wisata bunker tersebut merupakan tempat berlindung di bawah tanah yang dibangun tahun 2001 oleh pemerintah berukuran 8X6 meter dengan kapasitas 40-50 orang. Namun, karena besarnya letusan tahun 2006 membuat dua orang relawan yang berada di dalam bunker itu tewas karena terjebak aliran lava.
Pemilik rumah yang kini menjadi Museum Mini Sisa Hartaku, Watinem (67) mengatakan adanya museum yang dibuka tahun 2011 itu diharapkan memberikan gambaran dan refleksi, meski terdampak letusan Merapi namun warga masih bersemangat dan bersyukur. "Saya berharap setiap pengunjung jadi tahu seperti apa dampak letusan Merapi. Tapi kami tidak menyerah mengisi hidup," katanya seraya menambahkan pengunjung tidak memungut biaya masuk namun hanya sukarela saja.
Untuk menuju beberapa lokasi tersebut, wisatawan menumpangi jip yang sebagian berusia tua melalui jalan rusak karena terdampak erupsi yang penuh bebatuan sehingga menjadi sensasi menantang.
Meski saat ini kawasan itu sudah dikosongkan dan tidak ada penduduk yang menghuni namun di beberapa titik di setiap lokasi, warga setempat membuka warung yang dijajakan kepada para wisatawan.