REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menilai Bali telah memiliki fasilitas yang memadai untuk menyelenggarakan Pertemuan Tahunan International Monetary Fund-World Bank (IMF-WB) yang akan berlangsung di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, pada Oktober 2018.
"Indonesia beruntung karena sudah memiliki gedung konferensi dan fasilitas infrastruktur yang bagus," kata Press Secretary External and Corporate Relations Bank Dunia, David M Theis dalam pemaparan di Jakarta, Jumat (9/2).
Theis membandingkan fasilitas yang dimiliki Bali dengan persiapan Lima, Peru sewaktu negara tersebut menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan IMF-WB pada 2015. "Di Lima, konstruksi gedung pertemuan belum sepenuhnya selesai, karena pembangunannya ada 'delay'. Semuanya baru siap seminggu sebelum acara dimulai," ujarnya.
Persoalan kesiapan fasilitas juga terjadi ketika Istanbul, Turki menjadi tuan rumah penyelenggaraan IMF-WB pada 2009. Bali, kata Theis, memiliki nilai tambah karena kawasan Nusa Dua sudah memiliki pengalaman untuk menyelenggarakan kegiatan berskala internasional.
"Pemerintah jadi tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak, karena Indonesia sudah cukup maju. Jadi dalam sepuluh bulan ini tinggal menyiapkan sistemnya," ujarnya.
Meski tidak ada kendala dari segi fasilitas, pemerintah tetap menganggarkan biaya Rp 810 miliar untuk penyediaan sistem teknologi informasi maupun akomodasi lainnya.
Biaya tersebut ditanggung pemerintah sebesar Rp 672 miliar melalui APBN 2018, sisanya didukung oleh anggaran Bank Indonesia sebanyak Rp 137 miliar. Sebagian besar dari anggaran Rp 672 miliar tersebut akan dimanfaatkan untuk pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi tugas-tugas kesekretariatan, sistem teknologi informasi, maupun "branding" media.
Selama ini, pertemuan IMF-WB secara rutin berlangsung tiap tahun di Washington DC, Amerika Serikat. Namun setiap tiga tahun sekali, agenda tahunan ini berlangsung di negara lain.
Sebelumnya, Lima menjadi tuan rumah pada 2015, Tokyo menjadi tuan rumah pada 2012, Istanbul menjadi tuan rumah pada 2009, dan Singapura menjadi tuan rumah pada 2006.
Keuntungan Bali menjadi tuan rumah pada 2018 adalah Indonesia memperoleh momentum bagus untuk memaparkan sejumlah keberhasilan dalam bidang ekonomi dalam beberapa tahun terakhir. Menurut rencana, sebanyak 13 ribu peserta dari 189 negara akan menghadiri pertemuan tahunan yang berlangsung pada 8-14 Oktober 2018 ini.
Ribuan peserta itu terdiri dari delegasi, staf dari berbagai lembaga nasional dan internasional, instansi swasta, institusi pemerintah, akademisi dan instansi terkait lainnya termasuk organisasi kepemudaan. Sebanyak 600 pertemuan diperkirakan akan berlangsung pada salah satu acara terbesar di Indonesia yang juga diadakan untuk mendorong kegiatan di sektor pariwisata ini.