REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Climate Bonds Initiative (CBI) menargetkan penerbitan obligasi berwawasan lingkungan atau green bond di Indonesia mencapai 3 miliar dolar AS pada 2018. Kemudian targetnya meningkat menjadi 10 miliar dolar AS pada 2019.
CEO Climate Bonds Initiative, Sean Kidney, menjelaskan, pasar green bond secara global tumbuh 78 persen pada 2017, sama dengan pertumbuhan pada 2016. Total penerbitan green bond mencapai 155,5 miliar dolar AS dengan lebih dari 1.500 green bond yang diterbitkan oleh 239 penerbit dari 37 negara. Amerika, China dan Prancis menguasai lebih dari 56 persen penerbitan green bond.
"Indonesia sangat luas. Ini menjadi tonggak batas yang penting bagi penerbitan green bond. Kami menargetkan 3 miliar dolar AS tahun ini. Dan tahun depan akan meningkat menjadi 10 miliar dolar AS," kata Sean dalam konferensi pers acara penandatanganan MoU antara PT EBA Indonesia dengan CBI, di kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Senin (5/2).
Menurutnya, CBl berkomitmen untuk berkontribusi membuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia untuk menjawab kebutuhan negara dan mengatasi perubahan iklim.
"Kita perlu banyak proyek infrastruktur yang berwawasan lingkungan. Ini akan dapat tercapai dengan adanya kontribusi modal dari investor luar negeri serta modal domestik. Kemitraan ini bertujuan membuat aliran investasi berwawasan lingkungan," ujar Sean.
Sementara itu, CEO PINA Center (Unit Tim Fasilitasi Pembiayaan Investasi Nonanggaran Pemerintah), Ekoputro Adijayanto, mengatakan, skema green bond diaplikasikan untuk tiga sektor selain jalan raya, yakni pelabuhan, bandara dan kereta api. Selain itu, sektor yang terkait dengan water treatmen dan energi baru terbarukan.
"Jadi semua yang terkait dengan green, kita petakan dulu, salah tiganya itu Bandara Kertajati, New Tanjung Priok dan PLTA Jatiluhur. Itu kami petakan dulu. Kami akan lakukan pendekatan dengan bussiness to bussiness," kata Eko.