Jumat 02 Feb 2018 03:27 WIB

BEI: Perusahaan Jangan Menunggu Besar Baru Go Public

Perusahaan yang masuk pasar modal bukukan pertumbuhan cukup tinggi.

Red: Nur Aini
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 30 poin atau 0,46 persen ke 6.605.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 30 poin atau 0,46 persen ke 6.605.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mengharapkan perusahaan di dalam negeri melakukan go public atau menawarkan sebagian sahamnya ke publik melalui mekanisme penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) agar bisnisnya berkembang.

"Satu hal paling mendasar, jangan menunggu besar baru 'go public', tetapi jadilah besar karena 'go public'. Dengan go public perusahaan mendapatkan dana dari pasar modal yang dapat digunakan untuk ekspansi bisnis," kata Direktur Utama Tito Sulistio dalam seminar bertema "Indonesia menuju pasar global dan Sukses Melalui Go public 2018" di Jakarta, Kamis (1/2).

Ia mengatakan bahwa mayoritas perusahaan yang masuk ke pasar modal membukukan pertumbuhan nilai kapitalisasi yang cukup tinggi setelah melakukan go public. "Pada 2017 yang go publik paling kecil sekitar Rp 20 miliar, sekarang kapitalisasi pasarnya sekitar Rp 1 triliun. Mayora Indah Tbk, pada saat 'go public' kapitalisasi pasarnya juga masih kecil sekitar Rp 50 miliar sekarang Rp 60 triliun," paparnya.

Tito Sulistio mengatakan bahwa pihaknya juga menggandeng perusahaan sekuritas dan lembaga penunjang lainnya untuk melakukan edukasi di sejumlah daerah untuk mendorong perusahaan masuk ke pasar modal. "Kami buat 5-10 perusahaan melakukan workshop langsung dengan perusahaan 'underwriter' dan lembaga penunjangnya," katanya.

Dari sisi investor, ia mengatakan bahwa telah banyak masyarakat yang sudah menjadi investor di pasar modal, termasuk di dalamnya pengusaha muda anggota HIPMI Jaya. Berdasarkan catatan, dari sekitar 600 ribu investor saham, lebih dari setengahnya merupakan investor "zaman now" atau berusia di bawah 40 tahun. "Sudah berani menjadi investor tapi tidak berani go public," ucapnya.

Dalam kesempatan sama, Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jaya, Afifuddin Suhaeli Kalla mengatakan bahwa pihaknya menargetkan akan ada dua perusahaan dari anggotanya yang akan masuk pasar modal melalui IPO.

Sebenarnya, ia mengakui, banyak pengusaha muda yang ingin mencatatkan nsahamnya di BEI. Namun, hal itu masih terkendala dari pengusahanya sendiri yang merasa belum siap mental untuk masuk pasar modal. "Banyak potensi di Hipmi Jaya ini yang skala perusahaannya sudah bagus dan memiliki prospek ke depannya, tapi butuh keberanian," katanya.

Ia menambahkan bahwa pihaknya juga akan gencar menggelar "workshop" berkaitan dengan pasar modal agar dapat menambah wawasan yang akhirnya menumbuhkan kepercayaan diri bagi anggota. "Mudah-mudahan ada satu atau dua perusahan Hipmi Jaya ini bisa melantai di bursa," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement