REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengklaim pengendalian kebakaran hutan telah mengurangi penggundulan hutan (deforestasi).
Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan, berdasarkan data Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK, luas hutan atau forest cover Indonesia pada 2017 seluas 93,6 juta hektare. Sedangkan, angka deforestasi dalam kawasan hutan pada 2017 sebesar 64,3 persen, berarti terjadi penurunan dibandingkan dengan 2014 sebesar 73,6 persen.
"Salah satu penyebab deforestasi di antaranya berasal dari kebakaran hutan dan lahan," ujarnya melalui siaran resmi, Rabu (31/1).
Oleh karena itu, pihaknya menyusun langkah nasional dalam upaya pengendalian deforestasi, di antaranya melalui pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Memasuki 2018, ia mengatakan, upaya kegiatan pencegahan dan pengendalian karhutla terus diintensifkan oleh Satgas Dalkarhutla Manggala Agni melalui patroli mandiri dan sosialisasi di lokasi rawan karhutla.
Selain itu, Manggala Agni juga melakukan groundcheck untuk mengetahui kondisi riil pada areal yang terbakar. Manggala Agni Daops Sarolangun, Provinsi Jambi belum lama ini berhasil melakukan pemadaman kebakaran pada lahan semi gambut seluas lebih dari 3 hektare dengan vegetasi dominan semak dan kayu akasia.
"Yang penting dalam upaya pengendalian karhutla dan khususnya pencegahan terbakarnya gambut dilakukan melalui tata kelola gambut," ujar Siti.
Menurutnya, pengendalian gambut dari kebakaran sangat penting mengingat daya emisi Gas Rumah Kaca dari gambut lebih tinggi dibandingkan dengan dari hutan tanah mineral. Ia menambahkan, berbagai upaya tersebut berhasil menurunkan jumlah hotspot dan luasan areal terbakar.
Pada 2015, tercatat areal terbakar seluas 2.611.411 hektare, pada 2016 seluas 438.363 hektare dan tahun lalu seluas 165.484 hektare (data per Januari 2018). Sedangkan, luas karhutla tahun ini berdasarkan groundcheck yang ditangani oleh Manggala Agni di daerah dan stakeholder lainnya per 30 Januari 2018 adalah 130,34 hektare.
Berdasarkan satelit NOAA untuk periode 1 Januari-30 Januari 2018, terdapat 51 hotspot di seluruh Indonesia. Sedangkan periode yang sama pada 2017, tercatat 89 hotspot, terdapat penurunan 38 titik panas (42,69 persen). Penurunan sejumlah 44 titik (45,83 persen) juga ditunjukkan oleh satelit Terra-Aqua (NASA) confidence level lebih dari 80 persen, yang mencatat 52 hotspot di tahun ini, sebelumnya pada 2017 tercatat 96 hotspot.