Kamis 18 Jan 2018 19:33 WIB

Petani Sragen Risau Ada Impor Beras

Impor beras dikhawatirkan bakal menghancurkan harga beras di pasaran

Rep: AndrianSaputra/ Red: Gita Amanda
  Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11).  (Republika/Agung Supriyanto)
Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Rencana impor beras membuat gusar petani di berbagai daerah, tak terkecuali bagi petani di Kabupaten Sragen. Sebagai salah satu daerah yang menjadi lumbung padi terbesar di Jawa Tengah, para petani dan penggilingan di Sragen justru was-was, impor bakal menghancurkan harga di pasaran. 

Anggota Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Kabupaten Sragen, Ahmad Saifuddin mengatakan dengan meroketnya harga beras saat ini, petani terlebih yang memanen sawahnya di Januari ini diuntungkan. 
 
Pedagang beras pun membayar harga gabah dengan harga tinggi. Meski disisi lain, kondisi tersebut jelas dia membuat konsumen justru kelabakan dengan harga beras di pasaran. Alhasil, permintaan pun berkurang. 
 
Sementara dengan rencana adanya impor beras, menurut Saifuddin, malah akan membuat petani sekarat. Padahal dalam waktu dekat, petani khususnya di kabupaten Sragen siap panen raya.
 
"Kami ini justru jadi tanda tanya besar, kenapa impor beras nggak dari kemarin-kemarin kok pas mau panen malah impor," kata Ahmad yang juga petani padi di Sragen. 
 
Dalam sepekan ke depan, jelasnya, petani di Sragen pun sudah ada beberapa yang mulai panen. Penggilingan kecil yang ada di Sragen pun sudah bersiap menampung hasil panen. Terlebih saat panen raya yang diprediksi pada Februari mendatang.
 
Sedang kondisi pengusaha penggilingan padi kecil saat ini, tak berani untuk menyimpan banyak stok di penggilingan. Kata dia, selain karena jelang panen raya dia khawatir akan dampak dari kebijakan impor beras. 
 
"Saya juga nggak mau simpan, nanti panen raya kan harga turun, kalau ada impor anjlok drastis," katanya Ahmad yang juga memiliki penggilingan padi. 
 
Menurutnya, stok beras di Indonesia masih melimpah ruah. Sebulan lalu, jelasnya, pengusaha beras di Kabupaten Sragen berupaya mendatangkan dari Sulawesi untuk memenuhi pesanan pasar di Solo Raya. 
 
Hanya saja upaya tersebut terganjal, setelah Pemerintah setempat melarang pengiriman beras dari Sulawesi ke pulau Jawa.  "Ini jadi aneh buat teman-teman, wong kita mau beli cuma dihadang nggak boleh kirim. Padahal di sana masih melimpah, alasannya tak boleh keluar Sulawesi," katanya. 
 
Sementara untuk harga di Kabupaten Sragen, gabah basah saat ini Rp 5.500 per kilogram (kg) yang diperkirakan mengalami penurunan harga pada Februari sampai Rp 4.000 per kg. Untuk harga beras Premium Rp 12. ribu- Rp 12.500 per kg. Sementara untuk beras medium Rp 10 ribu per kg.
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement