REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bank-bank dan lembaga keuangan di Inggris mempertimbangkan untuk membayar bila itu memudahkan mereka mengakses pasar Uni Eropa (UE). Sebab konsep pasar tunggal akan menyulitkan industri keuangan Inggris pasca Brexit.
Beberapa sumber yang dikutip BBC pekan ini menyampaikan, bila Pemerintah Inggris menyiapkan anggaran untuk mengatasi hambatan akses pasar UE, industri keuangan mempertimbangkan untuk ikut serta berkontribusi. Rencana membayar akses pasar ini kabarnya sedang disiapkan Pemerintah Inggris.
Secara politik, kebijakan itu bisa jadi akan pahit karena akan membebani keuangan Inggris. Hal itu juga diamini industri. Sebab, biaya yang terlalu tinggi akan membuat Inggris tidak kompetitif. Meskipun, di sisi lain ada risiko kehilangan pasar atau setidaknya ada potensi fragmentasi pasar antara UE dengan Inggris.
Salah satu pelaku industri keuangan menyatakan mereka akan melihat kembali detil rencana ini. Mereka juga akan melihat kemungkinan partisipasi dalam rencana itu dan bila itu berarti kontribusi finansial, mereka juga akan mempertimbangkan.
Sudah bukan rahasia bila industri keuangan tidak menyukai ide membayar akses pasar ini. Sebab, ini akan memperberat para pengusaha ekspor, memberi kesan buruk terkait kesepakatan dagang, dan harus ada perlakuan yang sama terhadap semua industri.
Pemerintah Inggris sendiri menyatakan Inggris tidak seharusnya membayar apa yang sudah gratis selama ini. Juru bicara Kantor Perdana Menteri Inggris juga menyampaikan posisi itu tidak berubah dan Inggris tak akan membayar akses pasar.
Ada banyak opsi kerja sama mutul yang bisa dilakukan. Melihat rapat UE pada musim panas lalu, Inggris yakin bisa mencapai kesepakatan negosiasi. Di sisi lain, Otoritas Keuangan Inggris melihat ada potensi biaya besar jika Inggris kehilangan akses pasar UE. Namun, jika harga bisa disesuaikan, maka opsi membayar akses pasar itu cukup bisa dipertimbangkan.