REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Republik Indonesia Andi Amran Sulaiman mengatakan pihaknya akan lebih fokus pada ketersediaan beras pada Juli hingga September. Pasalnya, pada bulan tersebut sudah mulai terjadi musim kemarau atau musim paceklik, sehingga rawan gagal panen.
Amran mengatakan, saat ini ia tengah fokus terhadap ketersediaan beras pada bulan tersebut. Sebab, karena masuknya musim kemarau, maka ketersediaan air kemungkinan mengalami penurunan.
"Juli, Agustus, September orang pertanian takut. Disaat orang kaget, aku disitu fokus. Semua rawan Kementan ada di Juli-Agus, karena tidak ada air," kata Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (11/1).
Meski demikian, sejak 2016 luas tanam padi bertambah berkisar satu juta hektare di bulan yang seharusnya datang musim paceklik. Sehingga terjadi surplus dan ketersediaan padi cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diperlihatkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan), pada Juli 2015 luas tanam padi hanya berkisar 644 ribu hektare. Sedangkan pada Agustus dan September 2015 berkisar 566 ribu dan 799 hektare.
Sementara, pada Juli, Agustus, dan September 2016, luas tanam padi berkisar 869 ribu hektare, 918 ribu hektare, dan 1,1 juta hektare. Pada 2017, luas tanam padi berkisar 1,1 juta hektare (Juli), 1,2 juta hektare (Agustus), dan 1,2 juta hektare (September).
Sedangkan untuk ketersediaan beras pada Januari 2018, Amran mengatakan mengalami surplus. Data Badan Pusat Statistik yang diperlihatkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan), diproyeksikan surplus sebesar 329,3 ribu ton.
Produksi padi pada Januari 2018 diprediksi mencapai 4,5 juta ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan ketersediaan beras mencapai 2,8 juta ton.
Alasan Amran mengatakan surplus karena pada Oktober telah memasuki musim hujan, sehingga pada Januari akan terjadi panen. Bahkan, ia mengklain bahwa pada Februari akan mulai terjadi puncak panen atau panen raya dan akan semakin meningkat pada bulan selanjutnya.
Pada Februari 2018, diperkirakan produksi padi sebesar 8,6 juta ton (GKG), dengan ketersediaan beras mencapai 5,4 juta ton. Dari jumlah tersebut, konsumsi beras pada Februari sebesar 2,5 juta ton, maka akan terjadi surplus sebesar 2,9 juta ton.
Sementara, pada Maret 2018 diprediksi produksi padi 11,9 juta ton (GKG), dimana ketersediaan beras mencapai 7,4 ton. Dengan konsumsi beras sebesar 2,5 juta ton, maka terjadi surplus 2,9 juta ton.