Rabu 10 Jan 2018 21:20 WIB

Bank Commonwealth Sarankan Berbagai Instrumen Investasi

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Budi Raharjo
Petugas melayani nasabah disalah satu Kantor cabang Bank Commonwealth di Jakarta. (ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Petugas melayani nasabah disalah satu Kantor cabang Bank Commonwealth di Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bank Commonwealth memperkenalkan konsep Dynamic Model Portofolio kepada para nasabahnya. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan investasi nasabah di era ekonomi digital.

Dynamic Model Portfolio merupakan benefit dari Premier Banking yang tidak hanya fokus pada perpaduan kelas aset berdasarkan profil risiko nasabah tapi juga berdasarkan risiko pasar. "Kami mengambil pendekatan portofolio yang menyeluruh dengan berbagai solusi dan produk yang dirancang sesuai tujuan finansial," ujar Head of Wealt Management and Retail Digital Business Bank Commonwealth Ivan Jaya kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (10/1).

Ia menjelaskan, Dynamic Model Portfolio akan mengumpulkan berbagai informasi pasar dan memilah mana yang paling relevan untuk setiap nasabah berdasarkan profil risiko serta tujuan investasinya. Kemudian layanan ini memberikan pula saran terkait penempatan portofolio asetnya.

Nasabah pun, kata dia, bisa menggerakkan asetnya secara dinamis sehingga tidak harus sama dengan proporsi investasi yang ditentukan di awal. "Melalui Dynamic Model Portfolio, kami ingin melayani nasabah dengan layanan wealth management yang mampu membantu mereka memahami realita pasar," tambah Ivan.

Dengan begitu, Bank Commonwealth akan menyarankan beberapa instrumen investasi kepada nasabah sesuai profil risikonya. "Kalau mau ditaruh di deposito kalau sesuai profil risk kita ya kami sarankan," katanya.

Lebih lanjut, Ivan menyebutkan, berinvestasi di saham merupakan salah satu pilihan bagus, baik saham berdenominasi mata uang rupiah maupun berdenominasi dolar AS. "Kami ada produk global syariah dolar AS yang menempatkan dananya di luar negeri baik di Amerika Serikat (AS) atau Asia Pasifik, itu juga pilihan yang banyak. Jadi reksadana global syariah juga salah satu pilihan baik selain reksadana berbasis saham di Indonesia," jelasnya.

Sementara dari sisi sektor investasi, Ivan mengatakan, karena tahun ini konsumsi akan naik. Maka berinvestasi di sektor berbasis konsumsi dan komoditas cukup bagus. "Sektor infrastruktur dan finansial seperti perbankan juga kami sarankan. Hanya saja jangan taruh semua dana di satu basket (sektor)," tutur Ivan.

Dirinya menargetkan, tahun ini dana kelolaan Bank Commonwealth bisa tumbuh 20 sampai 25 persen. Untuk meningkatkan dana kelolaan tersebut bank juga menyasar generasi milenial dengan rentang usia 21 hingga 40 tahun.

Ivan menyatakan, saat ini minat masyarakat Indonesia terhadap investasi khususnya di reksa dana masih kecil. Pasalnya baru sekitar 570 ribu atau sekitar 0,7 persen dari total penduduk di Tanah Air. Jumlah tersebut jauh bila dibandingkan Malaysia atau Thailand yang 30 sampai 40 persen masyarakatnya telah memiliki reksa dana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement