REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Raksasa e-commerce Cina, Alibaba Group Holding Ltd secara serius telah mempertimbangkan pencatatan saham di bursa saham Hong Kong. Hal ini diungkapkan oleh CEO Alibaba Jack Ma.
"Berani berbicara seperti ini menandai komitmen yang kuat, sehingga kami benar-benar akan mempertimbangkan pasar (saham) Hong Kong secara serius," ujar Ma dilansir Reuters, Rabu (10/1).
Namun, juru bicara Alibaba mengatakan, belum ada pernyataan secara rinci mengenai rencana listing saham Alibaba di bursa Hong Kong tersebut. Sebelumnya, Alibaba sudah melantai di bursa saham New York pada 2014 dengan nilai mencapai 25 miliar dolar AS.
Bagi Alibaba, mencatatkan saham di Hong Kong akan memberikan akses lebih besar kepada investor yang lokasinya dekat dengan Cina. Selain itu, kemungkinan Alibaba mencatatkan sahamnya di Hong Kong sejalan dengan upaya Hong Kong Stock Exchange (HKEX) menyusun perubahan aturan sepesifik yang memungkinkan terjadinya dual-class shares. Aturan ini akan masuk tahap konsultasi publik pada kuartal I 2018.
"Kami juga membuat tahapan baru untuk secondary listing di Hong Kong untuk menarik perusahaan dari sektor yang sedang berkembang dan inovatif. Kami menyadari bahwa banyak perusahaan baru yang sukses dan telah terdaftar di AS dan Inggris," ujar Chief Executive HKEX Charles Li.
HKEX berambisi menjadi lokasi IPO besar dunia terutama bagi perusahaan-perusahaan Cina, dan mengalahkan bursa New York. Sejumlah analis menyatakan, listing saham Alibaba di bursa Hong Kong dapat mendorong lebih banyak dana yang masuk dari daratan Cina dan Hong Kong. Selain itu, perusahaan-perusahaan besar lain yang terkait dengan teknologi diharapkan dapat mengikuti langkah Alibaba.
"Jika volume perdagangan di Hong Kong lebih baik ketimbang di AS, maka akan memberikan sinyal bahwa Hong Kong adalah lokasi yang lebih baik untuk listing (saham) ketimbang AS," ujar Direktur Penjualan UOB Kay Hian di Hong Kong, Steven Leung.