REPUBLIKA.CO.ID,GUNUNG KIDUL -- Petani Kabupaten Gunung Kidul masih menjaga varietas lokal. Adalah Segreng, varietas lokal beras merah yang mayoritas digunakan oleh petani di wilayah kering seperti Kecamatan Girisubo.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta Joko Pramono mengatakan, varietas tersebut diminati para petani karena memiliki umur pendek (genjah) yaitu 100 hari panen, tahan kekeringan, tahan hama serta mempunyai harga jual yang lebih tinggi dari beras lain mencapai Rp 6.400 per kilogram (kg) gabah kering.
"Varietas Segreng ini juga biasa ditanam menggunakan pola tumpangsari dengan jagung dan ketela pohon dan mempunyai rata-rata produktivitas 4,54 ton per hektare gabah kering panen," ujarnya melalui siaran resmi, Kamis (4/1).
Sementara, jika ditanam secara monokultur, varietas ini mampu mencapai produktivitas rata-rata sebesar 8,6 ton per hektare. Produktivitas tersebut juga didapat pada panen yang dilakukan hari ini (4/1) di lahan tadah hujan seluas 30 hektare di Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
Sayangnya, ia melanjutkan, panen beras Segreng di Kecamatan Girisubo masih setahun sekali. Pihaknya pun akan membuat percontohan peningkatan indeks pertanaman (IP) agar petani bisa melakukan tanam padi hingga dua kali dalam setahun.
"Caranya adalah dengan melakukan rekayasa tanam dan introduksi varietas unggul padi berumur genjah dan tahan kekeringan," ujar dia.
Menurutnya, cara ini pernah dilakukan bersama Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul dan Kodim 0730 di Desa Wareng, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul dan dinilai berhasil. Ke depan, kata dia, pihaknya berharap wilayah tersebut dapat panen padi dua kali seperti yg telah berhasil dikembangkan petani di desa Wareng.