Sabtu 30 Dec 2017 01:42 WIB

Geliat Melancong Tumbuh Pesat

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Traveling
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Traveling

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla sempat menyatakan, pertumbuhan ekonomi tidak capai target karena ada koreksi daya beli ke arah wisata dan kuliner. Pasalnya, pertumbuhan industri pariwisata memang cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menanggapi hal itu, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia atau Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) mengatakan, industri pariwisata memang meningkat pesat. Melancong atau travelling kini dinilai sudah menjadi gaya hidup.

Ketua Umum Asita Asnawi Bahar peningkatan itu, dapat dilihat dari beberapa indikator. Di antaranya, hampir setiap liburan tiba masyrakat Indonesia berbondong-bondong melakukan perjalanan, baik dari kota ke kota, provinsi ke provinsi, maupun ke luar negeri.

"Artinya, ada gerakan industri pariwisata yang bertumbuh banyak semakin  gerakan itu," ujar Asnawi kepada Republika.co.id, Jumat, (29/12). Ia menambahkan, target Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terkait jumlah perjalanan wisata nusantara bisa menembus 255 juta pun sudah tercapai bahkan melebihi angka tersebut.

Asnawi mengakui, memang ada koreksi pada tingkah laku atau pola masyarakat dari konsumtif ke travelling. "Hal itu yang membuat pertumbuhan ekonomi terpengaruh karena tingkat pertumbuhan ekonomi Tanah Air selama ini bergantung pada tingkat konsumsi masyarakat," jelasnya.

Hanya saja, kata dia, sebenarnya masyarakat pun berbelanja saat melakukan travelling,  namun bukan kebutuhan rumah tangga melainkan oleh-oleh. Dari mulai kuliner hingga kerajinan tangan.

"Jadi sebenarnya, kalau kita kaji koreksi pertumbuhan ekonomi akibat perubahan pola masyarakat dari konsumtif ke travelling memang terjadi. Hal itu menyerap pendapatan masyarakat," tutur Asnawi.

Dirinya menegaskan, sepanjang masyarakat melakukan perjalanan di dalam negeri, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pula. Pasalnya, lewat industri pariwisata, beberapa daerah destinasi perjalanan juga terjadi percepatan pembangunan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

"Jadi seharusnya balance ketika ada perubahan pola. Seharusnya ada peralihan pembangunan dari satu sisi ke sisi lain," tutur Asnawi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement