REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima blok minyak dan gas (migas) non-konvensional yang dilelang pemerintah tak berhasil menarik minat investor. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Archandra Thahar mengatakan, dari lima wilayah kerja migas nonkonvensional, sebenarnya ada dua blok yang diakses calon peserta lelang. Namun, pada akhirnya, investor tidak menyerahkan dokumen lelang kembali.
Menurut Archandra, harga minyak dunia yang masih tergolong rendah membuat investasi di blok migas non-konvensional menjadi kurang menarik. Selain karena harga minyak, ia menilai, investor ragu untuk menanamkan modalnya karena rasio keberhasilan blok non-konvensional di Indonesia juga belum sesuai harapan.
"Kita percaya di tahun yang akan datang kalau oil price bagus, yang non-konvensional akan laku," ujarnya, dalam konferensi pers di Kantor Pusat Kementerian ESDM, Jumat (29/12).
Kementerian ESDM telah menutup lelang blok migas untuk tahun ini. Lima dari tujuh blok migas konvensional yang ditawarkan pemerintah melalui mekanisme penawaran langsung berhasil menarik minat sejumlah investor. Lima blok migas konvensional itu yakni Andaman I, Andaman II, Merak-Lampung, Pekawai, dan West Yamdena.
Adapun blok migas yang paling banyak menarik minat investor adalah Andaman II. Wilayah kerja tersebut diminati oleh tiga investor, yakni Repsol Exploracion SA, EMP Tbk, serta Konsorsium Premier Oil Far East Ltd, Mubadala Petroleum dan Kris Energy.
Setelah para investor memasukkan dokumen partisipasi, Archandra mengatakan, pemerintah akan segera melakukan proses verifikasi pada Januari sampai Februari 2018. Kementerian ESDM menargetkan penandatangan kontrak kerja sama dapat dilakukan pada akhir Maret tahun depan.
Baca juga: Lima Blok Migas Laku Diminati Investor