Kamis 28 Dec 2017 11:02 WIB

Investasi Smelter di Indonesia Capai Rp 88 Triliun

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Smelter (Ilustrasi)
Smelter (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM mencatat sampai Oktober 2017 investasi pembangunan smelter di Indonesia sudah mencapai Rp 88 triliun. Investasi ini terdiri dari pembangunan smelter nikel senilai Rp 68 triliun dan smleter bauksit sebesar Rp 20 triliun.

Investasi tersebut telah berhasil membangun sejumlah 13 fasilitas pemurnian nikel dengan berbagai macam produk yang dihasilkan dan telah mampu memurnikan bijih Nikel di dalam negeri sebesar 34 juta ton bijih nikel. Pada komoditas Bauksit, mengolah 4,4 juta ton bauksit di dalam negeri dan telah mampu memproduksi 700 ribu ton alumina.
 
Direktur Jendral Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono menjelakan dari 15 fasilitas pemurnian yang telah terbangun terdapat 2 smelter nikel yang tidak beroperasi dikarenakan faktor keekonomian akibat dari meningkatnya biaya operasi (kokas) dan melemahnya harga komoditas mineral di awal tahun 2017.
 
Tingkat keekonomian dalam mengoperasikan peleburan nikel dengan menggunakan teknologi Blast Furnace selain harga nikel sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku salah satunya adalah kokas yang memiliki porsi 40 persen dari total biaya produksi.
 
"Penyebab utama tidak beroperasinya smelter yang menggunakan teknologi Blast Furnace adalah meningkatnya harga kokas dari rata-rata 100 dolar per ton pada tahun 2015 menjadi 200-300 dolar per ton sejak akhir tahun 2016," ujar Gatot melalui keterangan tertulis, Kamis (28/12).
 
Pasca terbitnya PP 1 Tahun 2017 beserta turunannya Permen ESDM No 5/2017 dan Permen ESDM No. 6/2017 yang memberikan insentif bagi pelaku usaha yang membangun fasilitas pemurnian untuk dapat menjual bijih nikel kadar rendah mampu mendorong minat pelaku usaha untuk dengan sungguh-sungguh membangun fasilitas pemurnian baru atau bahkan mendorong existing smelter meningkatkan kapasitas fasilitas pemurnian yang telah ada, tercatat ada 11 perusahaan yang berinvestasi baru dan 2 perusahaan melakukan ekspansi dengan total investasi yang akan ditanamkan sebesar 4,3 miliar dolar Amerika (Rp 56 triliun) dengan kapasitas input sebesar 28 juta ton bijih Nikel.
 
Sedangkan pada komoditas Bauksit insentif peningkatan nilai tambah mampu mendorong investasi baru untuk membangun 4 fasilitas pemurnian sebesar 4 miliar dolar AS yang akan miningkatkan kemampuan memurnikan bauksit di dalam negeri sebesar 13 ,7 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement