Kamis 28 Dec 2017 09:05 WIB

Ekonomi Bali Tahun Depan akan Didukung Dua Agenda Besar

Red: Nur Aini
Wisatawan berfoto di Pura Taman Ayun, Kabupaten Badung, Bali, Senin (25/12).
Foto: Antara/Wira Suryantala
Wisatawan berfoto di Pura Taman Ayun, Kabupaten Badung, Bali, Senin (25/12).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyebutkan perputaran dana yang besar jelang Pilkada serentak serta pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Bali akan mendorong geliat ekonomi daerah setempat pada 2018.

"Itu merupakan peluang ekonomi besar yang harus dimanfaatkan masyarakat," kata Ketua Kadin Bali Anak Agung Alit Wiraputra di Denpasar, Kamis (28/12).

Menurut Alit, 2018 menjadi tahun politik yang merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat karena panitia pelaksana pemilihan dan unsur kandidat akan banyak mencetak kebutuhan Pilkada. Belanja pemerintah dan konsumsi masyarakat juga mendongkrak perekonomian daerah saat musim Pilkada serentak di dua kabupaten dan pemilihan gubernur-wakil gubernur Bali. "Ekonomi di Bali akan terbantu dengan adanya Pilkada karena perputaran uang yang besar sehingga ekonomi bisa tumbuh," ucapnya.

Setelah perhelatan demokrasi usai, Bali kembali disibukkan karena menjadi tuan rumah pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia pada Oktober 2018 di Nusa Dua, Kabupaten Badung. Sedikitnya 17 ribu delegasi dari seluruh dunia yang merupakan petinggi dan pelaku industri perbankan dan keuangan rencananya akan hadir di Bali.

Momentum itu, kata dia, akan mendongkrak sektor pariwisata dan turunannya mulai dari akomodasi makan dan minum, transportasi, telekomunikasi dan sektor lainnya. Alit menjelaskan hampir setengah dari sekitar Rp 800 miliar alokasi dana untuk kesiapan pertemuan tersebut digelontorkan di Bali.

Dana tersebut, kata dia, untuk membangun sejumlah proyek infrastruktur penunjang di antaranya jalan bawah tanah simpang Bandara Ngurah Rai hingga proyek tempat pembuangan akhir (TPA) di Suwung Denpasar. Sementara itu, pengeluaran dari delegasi yang diprediksi mencapai 17 ribu orang selama pertemuan di Bali diperkirakan mencapai sekitar Rp1,5 triliun.

Dia mengatakan akan ada banyak rangkaian pertemuan sebelum acara puncak pada Oktober 2018 sehingga ia optimis hal itu akan menggerakkan roda ekonomi daerah. Momentum tersebut, kata Alit, akan menjadi pemacu ekonomi daerah setelah sektor pariwisata yang menjadi andalan Bali sempat melesu seiring meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung sejak September hingga akhir tahun 2017.

Meski demikian, pihaknya tetap optimistis pariwisata akan tumbuh apalagi sejumlah maskapai penerbangan dari China sudah kembali membuka penerbangan langsung ke Bali setelah sempat terhenti karena adanya kekhawatiran terkait erupsi Gunung Agung.

Menjelang libur panjang Imlek pada pertengahan Februari 2018 diprediksi kunjungan turis dari negeri panda itu akan kembali melonjak di Bali. Wisatawan dari Cina saat ini menduduki posisi pertama jumlah kunjungan di Bali disusul Australia, Jepang, India serta negara di kawasan Asia Pasifik dan Eropa lainnya.

Kadin Bali menargetkan pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata optimistis tumbuh mencapai 6,5 persen pada 2018. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan prediksi pertumbuhan ekonomi di Bali dari Bank Indonesia untuk tahun 2017 yang mencapai kisaran 5,7 hingga 6,1 persen dan 2018 diperkirakan mencapai 6 hingga 6,4 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement