REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pariwisata Bali mulai bergairah kembali setelah erupsi Gunung Agung yang menyebabkan penutupan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai beberapa waktu lalu. Bandara sempat tidak beroperasi selama 2,5 hari yang menyebabkan belasan ribu penumpang dari ratusan penerbangan batal diberangkatkan.
Country Director Agoda International Indonesia, I Gede Gunawan mengatakan pihaknya membandingkan secara statistik dua pasar di Bali, yaitu wisatawan inbound atau asing dan wisatawan domestik. Domestik levelnya sedikit turun, sementara asing sudah naik tajam.
"Tingkat pembatalan kedatangan (cancellation) yang kemarin sangat tinggi, mulai pekan ini mulai turun. Artinya, orang yang memesan akomodasi perjalanan ke Bali sudah positif," kata Gunawan dijumpai di Denpasar, Kamis (14/12).
Gunawan mengungkapkan Agoda mencatat tren negatif sepekan setelah terjadinya erupsi 26 November 2017. Masalah utama Bali menurutnya bukan harga jasa akomodasi (tiket, hotel) dan promosi. "Bali sudah tiga hingga empat kali menjadi destinasi wisata terbaik di dunia. Problem utama adalah ketakutan wisatawan. Kita harus memberi kepastian jaminan untuk tamu-tamu yang datang ke Bali," kata Gunawan.
Gunawan memisalkan pemerintah memberi jaminan Rp 450 ribu atau 30-40 dolar AS per orang jika erupsi utama terjadi ketika seorang wisatawan sedang berada di Bali. Jika dirata-ratakan dengan jumlah kedatangan wisatawan ke Bali setiap bulannya, pemerintah setidaknya memberikan asuransi Rp 20 miliar per bulan.
Gunawan membandingkan lesunya pariwisata setelah Bom Bali 1 dan 2, dengan pariwisata setelah erupsi Gunung Agung. Bencana kali tidak bisa ditanggulangi secara tradisional, melainkan digital.
Wisatawan Cina sepanjang tahun ini menjadi kontributor utama kunjungan ke Bali. Pemerintah Cina secara resmi mengeluarkan travel warning ke Bali terhitung 27 November hingga 4 Januari 2018. Ini menyebabkan jumlah wisatawan Cina ke Bali berkurang drastis. Konsulat Jenderal Cina baru akan menurunkan status travel warning jika status Gunung Agung juga diturunkan dari awas atau level empat.
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengatakan Bali harus kembali ke wisatawan konvensional, seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat, Australia, dan Korea Selatan. Penurunan drastis wisatawan Cina tak lepas dari sistem komunis di negara tersebut. "Kita tak bisa lagi fokus ke tamu Cina karena sistem negara mereka memang begitu. Jika pemerintah melarang, maka rakyat tidak boleh melanggar. Jadi, kita sementara kembali lagi ke tamu-tamu konvensional kita," kata Pastika.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menunjukkan wisatawan Cina masih mendominasi kunjungan ke Bali sepanjang Januari-Oktober 2017. Jumlahnya mencapai 1,2 juta wisatawan atau 25,66 persen dari keseluruhan wisatawan mancanegara.
Australia berada di posisi kedua dengan total 941 ribu wisatawan atau 18,76 persen. Berikutnya secara berurutan adalah wisatawan dari Jepang, India, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Korea Selatan, dan Malaysia. Total wisatawan asing ke Bali hingga Oktober 2017 mencapai 5,02 juta dari target 5,5 juta wisatawan mancanegara hingga akhir tahun ini.