REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Produksi gas di Blok Singkarak atau sekarang disebut Blok South West Bukit Barisan di Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat ditargetkan ditargetkan mulai tahun 2018 mendatang.
Gubernur Sumatra Barat, Irwan Prayitno mengatakan, perjalanan eksplorasi blok migas di Sumatra Barat sebetulnya sudah dimulai sejak tiga dekade lalu.
Cekungan Ombilin sendiri telah dipelajari sejak produksi batu bara di Sawahlunto dilakukan. Medio 1980-an, PT Caltex Pacific Indonesia yang sudah berproduksi di Riau menemukan potensi gas di pesisir barat Sumatra, termasuk di Blok Batur yang kemudian dikenal dengan Blok Singkarak dan kini menjadi Blok South West Bukit Barisan.
Menurutnya, sejak potensinya direkam pada 1982, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi belum bisa dilakukan lantaran dinilai tidak ekonomis dan feasible. Bentuk muka bumi bagian barat Sumatra memang diakui sulit untuk dilakukan eksplorasi dan eksploitasi.
"Pantai barat memang costly, mahal. Sehingga yang dikembangkan yang dipantai timur karena daerahnya yang datar sehingga biaya murah," kata Irwan Prayitno akhir pekan kemarin.
(baca: Blok Singkarak di Sumbar Ditargetkan Produksi Gas Pada 2018)
Sementara itu, Pengawas Internal Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas, Taslim Yunus, menambahkan bahwa eksploitasi gas di Sumur Sinamar-1 masih menunggu persetujuan pengembangan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.
Ia menyebutkan, terdapat tiga sumur eksisting di lapangan gas Sinamar saat ini. Namun baru satu sumur yang sudah bisa berproduksi.
Ekspolitasi gas lapangan Sinamar juga diharapkan mampu 'merangsang' Cekungan Ombiling untuk berkembang. Diproyeksikan, cekungan ombiling mengandung potensi gas yang cukup besar karena keberadaan lapisan batu bara. SKK Migas menilai eksploitasi sumur gas Sinamar-1 akan mengembangkan cekungan Coal Bed Methane (CBM).
"Jadi di dalam tambang batu bara itu ada gas," ujar Taslim.