REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Lebih dari satu juta petani terdaftar menjadi nasabah asuransi pertanian. Sedikitnya seluas 860 ribu hektare sudah masuk pendaftaran.
Kepala Unit Usaha Pertanian dan Mikro PT Jasa Indonesia (Jasindo) Ika Dwi Nita Sofa mengatakan, sebaran nasabah asuransi pertanian belum merata, mengingat ini merupakan program baru. "Tingkat penerimaannya masih bervariasi," ujarnya, Selasa (21/11).
Hal tersebut dipengaruhi tingkat keaktifan dinas dan penyuluh dalam memperkenalkan pola asuransi tersebut. Selain itu, penyerapan teknologi juga berpengaruh dalam aplikasi asuransi pertanian ini.
"Untuk Jawa pasti paling tinggi, paling mudah menerima introduksi teknologi. Sulawesi juga cukup tinggi, Kalimantan sekarang cukup tinggi juga partisipasinya," kata dia.
Pendafataran asuransi pertanian bisa dilakukan dalam bentuk kelompok tani. Sejauh ini diakui Ika banyak kelompok tani berinisiatif melakukan pendafataran melalui dinas dan Jasindo.
Menurutnya, kendala yang dialami dalam penyaluran klaim asuransi adalah banyak petani yang tidak memiliki rekening. Begitu juga dengan rekening kelompok tani yang tidak aktif.
"Mereka kan buat rekening untuk terima bantuan dari masyarakat jadinya banyak yang sudah tidak aktif," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan peran penting adanya Sistem Informasi Pemantauan Tanaman Pertanian (SI MANTAP) milik Kementerian Pertanian. SI MANTAP diklaim mampu memudahkan kinerja Jasindo dalam melacak lahan pertanian yang diklaim.
Kendati demikian, Ika melanjutkan pihaknya masih harus tetap melakukan survey. "Karena kalau dari pecitraan satelit itu kita hanya akan melihat gambaran global," ujar dia.
Sementara dari satu area yang terdampak belum tentu semuanya diasuransikan. "Kami tetap menyisir mana yang klaim, mana yang peserta, mana yang bukan," tambah dia.