REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Wisata Halal dan Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi bagian tak terpisahkan. Lewat wisata halal, nama NTB melambung ke kancah dunia sebagai destinasi yang memberikan sejumlah kemudahan bagi para wisatawan muslim, dari segi ibadah, dan juga kuliner.
Gubernur NTB Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi sedikit kilas balik mengenai perjuangan NTB mengembangkan segmen wisata baru di Tanah Air. Pria yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) mengaku sudah lama memikirkan ide tentang segmen wisata halal, bahkan sebelum era Menteri Pariwisata Arief Yahya, namun belum jua terealisasi.
"Kita tiga tahun terakhir bangun segmen wisata halal, ini menjadi bahan saya sejak lama sebenarnya," ujar TGB di Islamic Center NTB, Rabu (15/11).
Kepada Menpar Arief Yahya, TGB kembali memaparkan gagasannya. Tanpa diduga, Menpar menantang TGB untuk mewujudkan ide tersebut. "Beliau (Menpar) menantang, modalnya apa? saya bilang modalnya berani," lanjut TGB.
Begitu mendapat lampu hijau, TGB justru bingung. Maklum saja, saat itu belum ada satu pun daerah di Indonesia yang mengedepankan segmen wisata halal. TGB sempat kesulitan mencari indikator untuk merintis segmen wisata halal.
Ironis memang. Di saat yang sama, dunia luar sudah jauh lebih dahulu mengembangkan wisata halal. Bahkan, di negara-negara dengan penduduk non-Muslim seperti Thailand, dan Korea Selatan. Pun dengan negara tetangga yang sudah merintis lebih dahulu.
"Padahal dunia sedang booming (wisata halal), (potensinya) ditelan Malaysia, Thailand, bahkan Korsel. Mereka berpikir dari potensi besar, bukan sekadar agama," kata TGB.
TGB menyebutkan, keseriusan Korsel dalam mengembangkan wisata halal begitu nampak. Negara Ginseng tersebut bahkan memiliki aplikasi khusus yang memberikan panduan super lengkap tentang fasilitas penginapan, sarana ibadah, hingga kuliner yang ramah bagi wisatawan muslim. TGB bahkan tak malu mengakui NTB, bahkan Indonesia tertinggal kelas dari Malaysia soal wisata halal.
Ketertinggalan ini menjadi motivasi bagi TGB untuk membawa NTB bersaing di dunia internasional. Menurut TGB, modal mengembangkan wisata halal NTB hanyalah keberanian. Awalnya, perjalanan pengembangan segmen wisata halal cukup tertatih-tatih, dengan ragam kontroversi hingga sinisme yang terus menerpa.
TGB meyakini, pengembangan wisata halal merupakan bagian dari diferensiasi model pembangunan pariwisata NTB yang belum pernah ada di Indonesia. Dengan adanya wisata halal, citra NTB berubah menjadi positif. Sebelumnya, kata TGB, NTB selalu dipandang sebagai daerah dengan citra negatif, mulai dari isu kriminal hingga busung lapar.
Dari sisi kunjungan wisatawan juga menunjukan tren meningkat setiap tahunnya. Data 2015-2016 menunjukan adanya kenaikan cukup signifikan dari kunjungan wisatawan dari Timur Tengah yang meningkat hingga 190 persen, sedangkan dari Malaysia melonjak sebanyak 34 persen. Tahun ini, NTB menargetkan tingkat kunjungan wisatawan mencapai 3,5 juta, atau meningkat dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 3 juta wisatawan.
Menurut TGB, NTB masih terus belajar dan mengembangkan segmen wisata halal. Torehan apik sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia pada 2015 dan 2016 tak membuat NTB berpuas diri. Pembenahan dari sisi destinasi wisata, hingga promosi terus digalakkan.
Meski lekat dengan segmen wisata halal, NTB tetap memberikan ruang bagi sektor pariwisata konvensional yang sudah lebih dahulu hadir. Keseimbangan ini membuktikan pola segmen wisata halal dan konvensional bisa berjalan beriringan.
NTB kini sudah menjadi role model bagi pengembangan wisata halal di Tanah Air. TGB menyampaikan banyak daerah di Indonesia yang bertandang ke NTB untuk mengetahui, dan mengadopsi pengembangan segmen wisata halal.