Selasa 14 Nov 2017 18:07 WIB

PayPro Gelar Edukasi Transaksi Non-Tunai di Lombok

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Manager of Public Relation Paypro Andy Muhammad Saladin saat memberikan penjelasan kepada awak media di Mataram tentang transaksi nontunai, Selasa (14/11).
Foto: Muhammad Nursyamsyi
Manager of Public Relation Paypro Andy Muhammad Saladin saat memberikan penjelasan kepada awak media di Mataram tentang transaksi nontunai, Selasa (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Perusahaan financial technology (fintech) penyedia layanan solusi pembayaran digital dan jasa keuangan, PayPro melakukan edukasi kepada masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) mengenai Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT).

Manager of Public Relation Paypro Andy Muhammad Saladin mengatakan, penggunaan transaksi non-tunai merupakan sebuah yang harus digencarkan demi mempermudah masyarakat.

Andy menyebutkan, jumlah pengguna Paypro saat ini sudah mencapai 7,5 juta pengguna. Melalui aplikasi, para pengguna bisa melakukan transaksi nontunai seperti tarik tunai di Alfamart dan Indomaret, isi pulsa, isi token listrik, hingga digunakan sebagai pembayaran kereta commuterline. Selain itu Paypro juga telah menggandeng 300 ribu merchant dengan memberikan sejumlah potongan harga mulai dari 20 persen hingga 50 persen.

"Memang 70 persen sampai 80 persen pengguna masih berada di Jawa, kita sedang upayakan untuk edukasi ke luar Jawa," ujar Andy di Mataram, NTB, Selasa (14/11).

Dengan adanya Paypro, Andy menilai masyarakat yang belum tersentuh perbankan bisa melakukan transaksi non-tunai. Selama ini, transaksi terbesar Paypro masih berkutat pada sektor pengisian pulsa dan token listrik. Selain itu, Paypro juga menyediakan layanan pembayaran nontunai pada 800 Bajaj di sejumlah titik di Ibu Kota Jakarta yang rencananya akan mulai beroperasi pada pekan depan.

Andy menyampaikan, tantangan terbesar Paypro ialah mengubah pola pikir masyarakat yang selama ini terbiasa menggunakan transaksi tunai.

"Tantangan terbesar mengubah mindset masyarakat kita, ini memerlukan waktu edukasi bukan berarti tidak bisa beralih," kata Andy menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement