Senin 13 Nov 2017 22:43 WIB

Ekonom UGM: Defisit Anggaran akan Melebihi Proyeksi Kemenkeu

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Andri Saubani
Mantan Wapres Boediono (kedua kiri), Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kanan) dan mantan Menkeu Chatib Basri (kanan) menjadi pembicara dengan moderator Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara (kiri) dalam Seminar Nasional Tantangan Pengelolaan APBN
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Mantan Wapres Boediono (kedua kiri), Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kanan) dan mantan Menkeu Chatib Basri (kanan) menjadi pembicara dengan moderator Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara (kiri) dalam Seminar Nasional Tantangan Pengelolaan APBN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetyantono menilai, defisit anggaran pada akhir 2017 akan melebihi proyeksi dari Kementerian Keuangan. Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengaku, proyeksi defisit anggaran bisa mencapai 2,67 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Hal itu di bawah target yang ditetapkan dalam APBN-P 2017 yang sebesar 2,92 persen terhadap PDB. "Saya duga proyeksi defisit di atas 2,67 persen," ujar Tony ketika dihubungi Republika, Senin (13/11).

Ia mengaku, proyeksi pemerintah tersebut bisa terjadi jika daya serap anggaran hingga akhir tahun tidak maksimal. Akan tetapi, jika daya serap baik dan terjadi kekurangan penerimaan pajak (shortfall) maka defisit bisa tetap tinggi. "Mungkin bisa 2,8 sampai 2,9 persen terhadap PDB," ujarnya.

Tony mengamati, akan terjadi shortfall pada tahun ini yang berdampak pada defisit anggaran. Hal itu, ujarnya, karena target pajak yang sejak awal terlalu tinggi dan perekonomian yang lesu. Ia mengaku, saat ini waktu sudah sangat sempit karena hanya efektif sekitar 1,5 bulan.

"Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali bekerja keras untuk meminimalkan shortfall dan ke depannya perlu ada penetapan target yang lebih realistis," ujar Tony.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement