REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetyantono menilai, defisit anggaran pada akhir 2017 akan melebihi proyeksi dari Kementerian Keuangan. Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengaku, proyeksi defisit anggaran bisa mencapai 2,67 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Hal itu di bawah target yang ditetapkan dalam APBN-P 2017 yang sebesar 2,92 persen terhadap PDB. "Saya duga proyeksi defisit di atas 2,67 persen," ujar Tony ketika dihubungi Republika, Senin (13/11).
Ia mengaku, proyeksi pemerintah tersebut bisa terjadi jika daya serap anggaran hingga akhir tahun tidak maksimal. Akan tetapi, jika daya serap baik dan terjadi kekurangan penerimaan pajak (shortfall) maka defisit bisa tetap tinggi. "Mungkin bisa 2,8 sampai 2,9 persen terhadap PDB," ujarnya.
Tony mengamati, akan terjadi shortfall pada tahun ini yang berdampak pada defisit anggaran. Hal itu, ujarnya, karena target pajak yang sejak awal terlalu tinggi dan perekonomian yang lesu. Ia mengaku, saat ini waktu sudah sangat sempit karena hanya efektif sekitar 1,5 bulan.
"Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali bekerja keras untuk meminimalkan shortfall dan ke depannya perlu ada penetapan target yang lebih realistis," ujar Tony.