REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi tahun ini dinilai sulit capai target pemerintah sebesar 5,2 persen. Namun, Indonesia dinilai masih memiliki potensi produk halal dan pariwisata halal yang mampu mendongkrak ekonomi.
"Biasanya momentum di kuartal dua seperti Idul Fitri yang dapat mendongkrak konsumsi rumah tangga namun ternyata tidak signifikan," ujar Ekonom Syariah SEBI School of Islamic Economics Aziz Setiawan kepada Republika.co.id, Selasa (7/11). Ia menambahkan, peningkatan dari sisi konsumsi, investasi, belanja pemerintah, serta ekspor, juga belum terlihat akan terjadi di kuartal terakhir tahun ini.
Menurutnya, dalam dua bulan tersisa ini, belum pula ada instrumen kebijakan ekonomi yang dimiliki oleh pemerintah untuk memacu ekonomi dalam waktu pendek tersebut. "Jadi di 2017, pertumbuhan ekonomi masih akan stagnan di 5 persen," ujar Aziz.
Baginya, pencapaian pertumbuhan yang stagnan di 5 persen pada tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ini harus benar-benar menjadi pelajaran. Dengan begitu bisa melahirkan kebijakan lebih kuat.
Di tengah stagnasi pertumbuhan, kata dia, dalam perspektif ekonomi syariah salah satu yang terpenting yakni memastikan adanya kebijakan pemerintah yang dapat menjaga sekaligus meningkatkan daya beli serta kualitas konsumsi rumah tangga terutama masyarakat bawah. Maka perlu ada kebijakan keberpihakan untuk menjaga daya beli masyarakat terbawah.
"Kebijakan fiskal harus diutamakan untuk kesejahteraan rakyat. Demikian pula dalam kebijakan moneter dan keuangan, harus ada pelonggaran agar masyarakat bisa mengakses sumber dana usaha lebih mudah dan murah," kata Aziz.
Dengan begitu, kata dia, peningkatan daya beli akan mendorong tingkat konsumsi yang lebih baik. Multiplayer dunia usaha juga akan bergerak karena harus menambah pasokan dan meningkatkan produksi. Lalu akhirnya, pertumbuhan ekonomi dapat naik lebih tinggi.
Menanggapi pemerintah yang ingin menggenjot investasi dan ekspor, ia menilai, keduanya pun penting setelah peran konsumsi rumah tangga. Hanya saja konsumsi rumah tangga masih jadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi sebab porsinya masih terbesar yakni 55 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Dalam perspektif perekonomian syariah, ekspor dan investasi ini bisa dipacu jika dikaitkan dengan perkembangan produk halal. Pemerintah dapat menarik investasi besar-besaran dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi barang dan pariwisata halal global," kata Aziz.
Dia mengatakan, sektor tersebut memiliki potensi serta pasar besar, sehingga bisa menjadi alternatif sumber pertumbuhan yang sangat baik untuk memacu investasi dan eskpor.
Hal itu karena, rantai pasok produk serta pariwisata halal akan panjang. Dapat pula memberikan efek berjenjang ke perekonomian yang luas dan besar.