Senin 06 Nov 2017 17:43 WIB

Sepanjang 2017, Pengangguran di Sumbar Tambah 12 Ribu Orang

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Jumlah penduduk menganggur di Sumatra Barat bertambah 12.800 orang dalam satu tahun belakangan, sejak 2016 hingga 2017. Angka ini otomatis menaikkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 5,09 persen pada Agustus 2016 lalu menjadi 5,58 persen pada Agustus 2017.

TPT memberi gambaran banyaknya tenaga kerja yang tak terserap pasar kerja. Sederhananya, setiap 100 orang angkatan kerja di Sumatra Barat, 6 orang di antaranya adalah pengangguran.

Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sumatra Barat Setio Nugroho menjelaskan, survei yang dilakukan pada 2017 ini menyasar sampel sebanyak 200 ribu lebih rumah tangga, atau jauh lebih banyak dibanding sampel tahun 2016 lalu yang hanya 50 ribu rumah tangga. Peningkatan jumlah sampel bertujuan untuk memeberi gambaran ketenagakerjaan yang lebih detil hingga level kabupaten/kota.

Catatan BPS, sebanyak 2,48 juta atau separuh dari penduduk Sumatra Barat sekitar 5 juta orang masuk dalam angkatan kerja. Angka ini bertambah 9.860 orang dibanding Agustus 2016 lalu. Namun, jumlah penduduk yang bekerja pada tahun ini sebanyak 2,34 juta orang, turun sebanyak 2.940 dibanding Agustus 2016.

Secara menyeluruh, jumlah pengangguran di Sumatra Barat pada Agustus 2017 sebanyak 138.700 orang. "Pengangguran kota lebih tinggi daripada desa. Alasannya karena ada urbanisasi, di mana orang mencari pekerjaan di kota," kata Setio di Kantor BPS Sumbar, Senin (6/11).

Sementara itu, dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT perkotaan tercatat lebih tinggi dibanding perdesaan. Pada Agustus 2017, TPT perkotaan sebesar 6,63 persen. Sedangkan TPT di perdesaan sebesar 4,71 persen. Baik kota atau desa sama-sama mengalami kenaikan angka TPT.

Di sisi lain, kalau ditinjau dari tingkat pendidikannya, maka TPT untuk lulusan diploma I,II, dan III menjadi yang tertinggi dengan angla 10,26 persen. Posisi kedua ditempati oleh lulusan SMK dengan angka 8,55 persen. Sedangkan penduduk dengan jenjang pendidikan rendah, seperti SD dan SMP cenderung memiliki TPT yang rendah.

Alasannya, menurut Setio, angkatan kerja yang memegang ijazah SD misalnya, cenderung mau menerima apapun bentuk pekerjaan yang ditawarkan. Hal ini membuat TPT bagi penduduk dengan pendidikan rendah justru lebih kecil dibanding dengan penduduk dengan pendidikan yang lebih tinggi. "TPT untuk SD ke bawah yang paling kecil yakni 3,47 persen," ujar Setio.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement