Senin 06 Nov 2017 04:08 WIB

Total E&P Masih Pikir-Pikir Masuk Blok Mahakam

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Budi Raharjo
Suasana pengeboran sumur di masa transisi alih kelola ke PT Pertamina Hulu Mahakam, di RIG Maera, South Tunu, Blok Mahakam, Kalimantan Timur. (ilustrasi)
Foto: Indrianto Eko Suwarso/Antara
Suasana pengeboran sumur di masa transisi alih kelola ke PT Pertamina Hulu Mahakam, di RIG Maera, South Tunu, Blok Mahakam, Kalimantan Timur. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BALIKPAPAN -- Hingga dua bulan menjelang berakhirnya masa kontrak, Total E&P Indonesie masih belum memutuskan apakah akan kembali terlibat dalam pengelolaan Blok Mahakam atau hengkang. Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Prancis tersebut masih menimbang-nimbang keekonomian Blok Mahakam.

Per 1 Januari 2018 nanti, pengelolaan Blok Mahakam yang kaya gas alam memang diputuskan jatuh ke PT Pertamina (Persero), melalui Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Vice President Authorization Coordination, Communication, and External Affairs Total E&P Indonesie Agus Suprijanto mengungkapkan, pihaknya telah beberapa kali melakukan diskusi dengan Pertamina mengenai berbagai kemungkinan terkait pengelolaan Blok Mahakam.

Namun belum ada keputusan final hingga kini. "Soal Mahakam belum ada keputusan. Masih menimbang-nimbang. Kami sudah pernah diskusi dengan Pertamina, tapi belum ada keputusan," jelas Agus akhir pekan ini.

Agus melanjutkan, Total E&P Indonesie tidak ingin terburu-buru terkait keputusan investasi di Blok Mahakam. Apalagi, sebagai calon investor perusahaan Prancis tersebut tidak memiliki tenggat waktu untuk memutuskan kembali masuk ke Blok Mahakam. Total, katanya, lebih memilih melakukan kajian investasi secara detil sebelum memutuskan.

Namun satu hal yang pasti, seluruh awak Total E&P Indonesie yang saat ini menjalankan operasional Blok Mahakam akan 'berganti baju' menjadi karyawan Pertamina Hulu Mahakam. Melalui proses transisi yang sudah berjalan, Agus yakin seluruh operasional tetap bisa berjalan normal dan optimal pada momen awal pergantian hak kelola Blok Mahakam.

"Kalau kami (Total) diajak (masuk) Mahakam, pasti pertimbangannya lokasi bagus tidak. Keuntungan dibanding risiko. Itu normal decision," ujar Agus.

Lantaran porsi saham mayoritas sudah pasti diambil Pertamina, maka Total E&P akan bertindak sebagai investor bila memutuskan untuk kembali terlibat dalam pengelolaan Blok Mahakam. "Kalau Total tetap gabung Mahakam akan masuk sebagai investor, meletakkan modal, melihat kerugian dan keuntunganya," jelas Agus.

Hingga saat ini Total E&P Indonesie masih mengoptimalkan enam lapangan produksi di Blok Mahakam dengan total produksi mencapai 300 ribu barrel oil equivalent per day (boepd). Rinciannya, produksi gas mencapai 1.300 million standard cubic feet per day (mmscfd) dan likuid yakni kondensat dan minyak sebesar 50.000 barrel oil per day (bopd). "Sekarang masih bisa penuhi target. Masih sesuai harapan 1.300 mmscfd dan likuid 50 ribu bopd," kata Agus.

Total E&P Indonesie, lanjut Agus, telah merampungkan pengeboran untuk tujuh sumur di sepanjang tahun 2017 ini. Sedangkan selama masa transisi antara Total E&P Indonesie dengan PT Pertamina (persero), telah dilakukan delapan pengeboran hingga November 2017. Pengeboran tersebut merupakan investasi Pertamina dengan target 14 sumur. "Maka hingga akhir tahun ini akan ada 21 sumur produksi yang berada di Blok Mahakam," ujarnya.

Pertamina sendiri menargetkan pengeboran 14 sumur di Blok Mahakam. Dengan begitu hingga akhir tahun akan ada 21 sumur produksi yang di blok Mahakam. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menegaskan bahwa proses alih kelola Blok Mahakam menjadi pertaruhan perusahaan nasional dalam menjalankan bisnis hulu Migas.

"Mahakam jadi pertaruhan besar Pertamina, kalau alih kelola ini membuat produksi turun drastis, maka reputasi Pertamina dan reputasi dunia hulu migas kita akan kurang positif," jelas Jonan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement