Selasa 31 Oct 2017 16:07 WIB

Kilang Minyak Cilacap Mulai Produksi Dexlite

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nidia Zuraya
  Kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan IV di Cilacap, Jawa Tengah.
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan IV di Cilacap, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Pasokan bahan bakar minyak (BBM) jenis Dexlite di Jawa Tengah, tak perlu lagi mengandalkan pasokan dari kilang minyak Pertamina di Balongan, Cirebon. Kilang minyak Pertamina RU IV Cilacap, saat ini sudah mulai memproduksi BBM Dexlite.

Peluncuran perdana produk Dexlite dari kilang Cilacap ini, dilakukan Selasa (31/10). General Manajer Pertamina RU IV Cilacap, Dadi Sugiana menyebutkan, dalam tahap sekarang kilang minyak Cilacap sudah mampu memproduksi Dexlite sebanyak 6.000 kiloliter atau sekitar 41 ribu barel per bulan.

''Kapasitas produksi sebanyak ini sebenarnya masih bisa ditingkatkan lagi. Tapi kita akan melihat bagiamana kondisi pasarnya. Bila memang terus meningkat, maka produksi akan kita tingkatkan,'' jelasnya.

Menurutnya, produk Dexlite ini diproduksi pada kilang fuel oil complex dengan kapasitas minyak mentah yang diolah sebnyak 2.300 ton per hari. Di kilang tersebut, proses penghilangan sulfur dilakukan sehingga menghasilkan Desulfurized Light Gas Oil (DLGO).

''Produk ini, kemudian dicampur dengan produk solar reguler sehingga menghasilkan produk Dexlite dengan kandungan sulfur hanya sebanyak 1.200 ppm dan kadar cetane 51,'' jelasnnya.

Dibandingkan dengan produk solar reguler yang dijual dengan harga subsidi, produk Dexlite memiliki kandungan sulfur yang lebih rendah dan kadar cetane lebih tinggi. Kadar sulfur dalam produk solar reguler mencapai 2.500 ppm, sedangkan kadar cetane hanya 48.

''Dengan menggunakan BBM jenis Dexlite, maka konsumsi BBM pada kendaraan bermesin diesel akan lebih hemat dan lebih bertenaga,'' katanya.

General Manajer Pertamina MOR (Marketing Operational Region) IV Jawa Tengah, Ibnu Chouldum menyebutkan, dengan kemampuan kilang Cilacap memproduksi Dexlite, maka pasokan Dexlite di Jateng tidak perlu lagi bergantung pada pasokan dari kilang Balongan.

''Untuk melakukan perluasan pemasaran produk Dexlite, selama ini kita terkendala dengan pasokan yang agak jauh dari Balongan. Produk BBM harus diangkut dengan kapal laut dan bongkar muatan di Semarang, baru didistribusikan ke wilayah Jateng,'' jelasnya.

Chouldum menyebutkan, pasokan dari Cilacap ini, bisa didistribusikan untuk wilayah eks Karesidenan Banyumas, eks Karesidenan Kedu dan Yogyakarta. Dia berharap, dengan adanya peningkatan produksi dan distribusi, tingkat konsumsi dexlite yang merupakan BBM non subsidi di Jateng akan mengalami peningkatan.

Saat ini, jelas dia, konsumsi Dexlite di Jateng baru sekitar 2.000-2.500 kiloliter per bulan. Jumlah ini hanya sekitar dua persen dari konsumsi solar subsidi.

Dia juga menyebutkan, dengan penambahan produksi Dexlite dari kilang Cilacap, maka outlet atau SPBU yang menyediakan BBM jenis Dexlite akan terus ditingkatkan. ''Saat ini, baru ada sekitar 200 SPBU di Jateng yang menyediakan Dexlite. Setelah kilang Cilacap memproduksi Dexlite, akan kita tingkatkan minimal 300 outlet,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement