REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan olahan Indonesia terus menggempur pasar Negeri Ginseng Korea Selatan (Korsel). Pada semester I 2017, ekspor produk ini meningkat sebesar 43,81 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi senilai USD 57,05 juta.
Beberapa produk yang permintaannya meningkat antara lain tembakau, molase, rumput laut, malt, serta wafer.
Dalam lima tahun terakhir, tren ekspor makanan olahan Indonesia ke Korsel meningkat sebesar 7,66 persen dengan nilai ekspor pada 2016 sebesar 94,18 juta dolar.
"Capaian ini tidak lantas menjadikan kita terbuai. Nilai ini akan terus digenjot," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Arlinda, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (27/10).
Indonesia bersama negara-negara ASEAN lain merupakan pemasok produk makanan olahan ke Negeri K-Pop itu.
Ekspor produk makanan olahan Indonesia ke Korsel digenjot lewat pameran ASEAN Trade Fair 2017 di Seoul, Korsel pada 25-28 Oktober.
Kemendag bekerja sama dengan Atase Perdagangan RI di Seoul, Kedutaan Besar RI di Seoul, dan ASEAN-Korea Centre (AKC) menghadirkan Paviliun Indonesia dalam pameran tersebut.
Pameran ASEAN Trade Fair 2017 dilaksanakan bersamaan dengan Food Week Korea 2017 pada 25-28 Oktober 2017.
Pameran ini menjadi peluang untuk memasuki pasar Korsel yang potensial. "Partisipasi Indonesia juga memberi kesempatan bagi industri produk makanan olahan dan produk terkait lainnya dari Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini di pasar Korsel," ujar Arlinda.
Arlinda memaparkan, para peserta pameran juga dapat memperoleh informasi mengenai perkembangan industri makanan Korsel, aturan impor yang berlaku, serta membedah selera konsumen lewat seminar dan mempelajari industri Korsel lewat kunjungan ke perusahaan-perusahaan.
Dalam ASEAN Trade Fair 2017, Paviliun Indonesia menampilkan 10 perusahaan makanan dan minuman. Perusahaan-perusahaan ini telah melewati proses seleksi terlebih dahulu.
Produk-produk yang dipamerkan dan ditawarkan ke pasar Korsel antara lain teh siap minum, mi instan, kudapan mi, kembang gula, teh jahe, kopi jahe, kerupuk, dan kacang-kacangan.
Selain itu, Indonesia juga memboyong produk biskuit, makanan ringan, permen, nata de coco, olahan lidah buaya, jeli, rempah-rempah, saus satai, saus cabai, madu, serta selai buah.
Industri makanan dan minuman merupakan salah satu kontributor terbesar dalam pendapatan nonmigas Indonesia.