Kamis 26 Oct 2017 04:13 WIB

Rekor Tembus 6.000, Ini Artinya Menurut BEI

Red: Nur Aini
Layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Selasa (3/10).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Selasa (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai tercapainya rekor baru indeks harga saham gabungan (IHSG) ke posisi 6.025,43 poin menunjukkan kepercayaan investor terhadap perekonomian dan pasar modal domestik yang baik.

"Ini bukti ada kepercayaan investor terhadap pemerintah dan pasar modal Indonesia. Cadangan devisa positif, nilai tukar rupiah stabil, dan produk domestik bruto (PDB) tumbuh," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Rabu (25/10).

Pada hari ini (Rabu, 25/10), IHSG BEI ditutup menguat 73,35 poin atau 1,23 persen menjadi 6.025,43. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 11,79 poin (1,19 persen) menjadi 995,93. Sementara itu tercatat, sepanjang tahun ini kenaikan IHSG sebesar 13,35 persen.

Ia menambahkan bahwa sentimen mengenai kinerja keuangan kuartal ketiga tahun ini yang positif turut menjadi salah satu faktor yang membuat investor melakukan akumulasi beli saham. "Kinerja emiten yang telah disampaikan hasilnya bagus," ucapnya.

Tito Sulistio juga mengatakan bahwa kuatnya investor domestik turut menjadi penopang IHSG. Sebanyak 45 persen dari investor yang baru bergabung di bursa merupakan investor domestik. "Kalau domestik kita kuat, emitennya bagus, mestinya bertahan," kata Tito.

Direktur Pengembangan BEI, Nicky Hogan menambahkan bahwa kenaikan IHSG juga tidak lepas dari kontribusi investor domestik yang aktif melakukan transaksi saham. "Sejak dua bulan lalu saya minta dibuatkan riset terkait kabar daya beli di dalam negeri menurun, tetapi kami melihat di pasar positif. Dengan ini terkonfirmasi bahwa terjadi pergeseran di masyarakat yang sebelumnya belanja menjadi investasi," katanya.

Sementara itu, Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan bahwa penguatan IHSG seiring dengan optimisme investor terhadap saham-saham sektor konstruksi dan produsen semen setelah disetujuinya Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN 2018 untuk disahkan menjadi Undang-Undang (UU) yang diantaranya mencakup belanja negara Rp 2.220,7 triliun.

Menurut dia, anggaran belanja pemerintah menjadi salah sau perhatian investor di pasar saham. Selain itu, perkiraan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2018 yang dipatok tumbuh 5,4 persen turut menjadi sentimen positif bagi pasar saham domestik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement