REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Di akhir kuartal tiga 2017, McDonalds Corp (McD) tumbuh solid. Pertumbuhan ini ditopang penjualan minuman satu dolar per gelas dan komposisi burger yang bisa dibuat sendiri oleh konsumen membuat McD berhasil meraih kembali pangsa pasarnya.
Bagi jaringan restoran cepat saji itu, AS masih jadi pasar penghasil laba terbesar. Meski persaingan pun makin ketat sehingga McD harus terus mengembangkan strategi baru.
CEO McD Steve Easterbrook mengatakan, konsumen McD terus bertambah dan bisnis mereka kembali tumbuh bagus. Hingga kuartal tiga 2017 ini, pertumbuhan penjualan McD mencapai enam persen. Angka yang lebih dari ekspektasi para analis sebesar 4,5 persen.
Namun, para analis punya kekhawatiran sendiri soal strategi yang dikembangkan McD seperti burger yang dibuat sesuai komposisi yang dibuat konsumen akan segera usang. Sebab, tuntutan kepuasan konsumen saat ini makin tinggi.
Direktur Pelaksana GlobalData Retail Neil Saunders mengatakan, restoran cepat saji memang perlu berjuang keras pada kuartal tiga tahun ini. Dengan hasil yang dicapa, McD berhasil meraih pasar kembali.
Promosi yang agresif di AS termasuk minuman seharga satu dolar untuk semua ukuran gelas, dua dolar untuk McCafe, smoothie, dan espresso, serta lima dolar untuk McPick yang menawarkan dua makanan sekaligus dinilai efektif. Kehadiran CEO baru juga dinilai jadi poin penting di tengah persaingan McD dengan restoran sejenis seperti Chipotle dan Wendys.
Jaringan restoran cepat saji, kata analis Bernstein Sara Senatore, tampaknya mendapat berkah dari pelambatan ekonomi yang berlangsung sejak tahun lalu. ''Laporan soal matinya restoran cepat saji pun jadi tampak berlebihan,'' kata Senatore.
Pernyataan Senatore itu dipicu analisis soal akan melambatnya waktu layaanan dan biaya tenaga kerja. Ada analisis yang menyebut kecepatan layanan restoran cepat saji saat ini melambat lima detik meski mereka menawarkan pengalaman 'restoran masa depan', layanan pesan antar, dan pilih komposisi menu sendiri.
Presiden McDonald AS Chris Kempczinski berharap McD tidak demikian. ''Tiap detik amat berharga dalam bisnis restoran cepat saji,'' kata Kempczinski.