REPUBLIKA.CO.ID, Pangeran mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, telah berjanji untuk mengembalikan negara tersebut ke Islam moderat. Ia meminta dukungan global untuk mengubah pemahaman konservatif yang ada di Arab Saudi menjadi masyarakat terbuka yang memberdayakan warga negara dan menarik investor.
Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, Selasa (24/10) Pangeran juga mengumumkan peluncuran zona ekonomi independen senilai 440 miliar dolar AS di Arab Saudi, Yordania dan Mesir.
"Kami adalah negara G20. Salah satu ekonomi dunia terbesar. Kami berada di tengah tiga benua. Mengubah Arab Saudi menjadi sarana yang lebih baik untuk membantu kawasan ini dan mengubah dunia. Jadi inilah yang coba kita lakukan di sini. Dan kami berharap mendapat dukungan dari semua orang," tambahnya.
Zona ekonomi ini akan didirikan di 470 km pantai Laut Merah, di daerah wisata yang mirip dengan Dubai, dimana pria dan wanita bebas untuk berbaur. Hal ini sebagai upaya untuk mengubah kerajaan dari ketergantungan pada minyak dan membawanya ke dalam ekonomi terbuka yang beragam. Namun kendala yang dihadapi yaitu belum adanya transformasi sosial dari masyarakat Arab Saudi. Termasuk peraturan yang memperlambat pembangunan ekonomi.
Pangeran Mohammed berulang kali menegaskan tanpa membuat kontrak sosial baru antara warga negara dan negara, rehabilitasi ekonomi akan gagal. "Ini tentang memberi anak-anak kehidupan sosial. Hiburan perlu menjadi pilihan bagi mereka. Mereka bosan dan marah. Seorang wanita harus bisa mendorong dirinya untuk bekerja,' kata seorang tokoh kerajaan senior Saudi.
Dalam 10 tahun ke depan, setidaknya lima juta orang Saudi akan memasuki dunia kerja. Hal ini menimbulkan masalah besar bagi pejabat untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Zona ekonomi akan selesai pada 2025 atau lima tahun sebelum arus program reformasi.