REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Sejumlah perusahaan consumer goods terkemuka memanfaatkan platform e-commerce seperti Lazada dan Zalora untuk melakukan penetrasi produk mereka, terutama di pasar Asia Tenggara. Cara belanja konsumen yang lebih banyak bertransaksi melalui e-commerce, dapat memudahkan perusahaan consumer goods untuk mengetahui selera pasar di setiap negara.
"Data dari Lazada telah digunakan untuk memposisikan produk tertentu, karena preferensi konsumen berbeda. Misalnya, konsumen Thailand lebih suka membeli popok di karton khusus, sementara konsumen Malaysia lebih memilih produk paketan," ujar CEO DSG International Ambrose Chan dilansir Reuters, Senin (23/10).
Asia Tenggara merupakan pasar internet dengan pertumbuhan tercepat di dunia yakni sekitar 600 juta konsumen, terutama dari Vietnam dan Indonesia. Sebuah studi Nielsen pada 2015 memperkirakan kelas menengah Asia Tenggara akan mencapai 400 juta pada 2020.
Sementara, berdasarkan riset dari Frost & Sullivan, nilai barang dagangan nirlaba e-commerce di Asa Tenggara akan meningkat menjadi 65,5 miliar dolar AS pada 2021.
Perusahaan riset Euromonitor memperkirakan ritel e-commerce di Indonesia akan meningkat dua kali lipat menjadi 6,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 83,7 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS, red) pada 2021. Sedangkan di Thailand akan meningkat 85 persen menjadi 2,8 miliar dolar AS.
Perusahaan consumer goods seperti Unilever dan perusahaan kosmetik Jepang Shiseido menyatakan, booming e-commerce di Asia Tenggara memungkinkan mereka untuk penetrasi pasar. Wakil Presiden Digital E-Commerce Shiseido Asia Pasifik Pranay Mehra mengatakan, data dan pengalaman belanja online konsumen dapat membantu perusahaan membundel penawaran, memutuskan kemasan dan distribusi, serta mempengaruhi sistem logistik dan pemasaran.
Sedangkan, Direktur E-Commerce Unilever Asia Tenggara dan Australia Anusha Babbar mengatakan, melalui e-commerce pihaknya bisa mendeteksi persebaran produk dan membantu pemasaran terutama di pasar negara berkembang seperti Vietnam dan Indonesia.
"Dengan mitra e-commerce, kami menggunakan data untuk membantu menemukan solusi inovatif dan membuka penghalang utama pengiriman dengan biaya tinggi, serta penetrasi di daerah-daerah terpencil," ujar Babbar.
CEO Lazada Thailand Alessandro Piscini mengatakan, Lazada Thailand akan fokus untuk bermitra dengan perusahaan barang konsumen yang perputarannya cepat. Selain itu, Lazada juga berkomitmen untuk memperluas logistiknya ke wilayah terpencil.
Platform belanja online masih memberikan kontribusi kecil terhadap penjualan barang-barang konsumen. Namun, beberapa perusahaan lokal telah mampu berinvestasi untuk membuat platform e-commerce mereka sendiri.