REPUBLIKA.CO.ID,ISTANBUL -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Developing Eight (D-8) ke sembilan fokus untuk membicarakan peningkatan kerja sama ekonomi antar anggota. Oleh karena itu, Indonesia akan memanfaatkan KTT ini untuk meningkatkan perdagangan dan investasi antarnegara anggota, terutama dalam memperluas pasar ekspor.
"Summit KTT ini untuk membicarakan masalah-masalah ekonomi, jadi yang ingin kita sampaikan bagaimana meningkatkan kerja sama itu, perdagangan dan investasi antar negara-negara D-8," ujar Jusuf Kalla, Kamis (19/10).
Rangkaian acara KTT D-8 yang akan dihadiri oleh Wakil Presiden di antaranya menghadiri penyampaian pidato penyerahan Ketua D-8 dari Perdana Menteri Pakistan kepada Presiden Turki. Kemudian dilanjutkan penyampaian pidato selamat datang oleh Presiden Turki, dan laporan Sekjen D-8. KTT D-8 akan mencetuskan Deklarasi Istanbul [Bosphorus], Rencana Aksi Istanbul dan penandatanganan MoU antara D-8 dengan Islamic Development Bank (IDB).
Developing Eight (D-8) didirikan melalui Deklarasi Istanbul yang dihasilkan oleh Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-1 D-8 pada 15 Juni 1997 di Istanbul, Turki. Deklarasi Istanbul memuat tujuan, prinsip-prinsip, dan bidang-bidang kerja sama D-8, yaitu peace instead of conflict, dialogue instead of confrontation, justice instead of double-standards, equality instead of discrimination, dan democracy instead of oppression.
Negara anggota D-8 terdiri dari Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, KTT D-8 diharapkan fokus pada pembahasan kerja sama ekonomi. Hal ini sesuai dengan awal mula organisasi tersebut dibentuk.
"Intinya kita meminta D-8 fokus pada kerja sama ekonomi, kita harus benar-benar kembali ke asal-usul untuk meningkatkan kerja sama ekonomi," kata Retno.
Wakil Presiden yang didampingi oleh Wakil Polri Syafruddin tiba di Bandar Udara Internasional Ataturk, Istanbul,Turki pada pukul 07.05 waktu setempat. Wakil presiden disambut oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Turki, Wardana, dan pejabat dari Perwakilan Kementerian Luar Negeri Turki di Istanbul. Wakil gubernur Istanbul, dan Atase Pertahanan Republik Indonesia di Ankara juga ikut menyambut kedatangan wakil presiden.