REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menargetkan sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa utama dalam dua tahun ke depan. Dengan kata lain pemasukan melalui sektor ini akan mengalahkan pendapatan dari minyak kelapa sawit (CPO) serta minyak dan gas (migas) yang selama ini mendominasi devisa Indonesia.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, pada 2014 sektor pariwisata masih menjadi nomor empat sebagai penyumbang terbesar devisa negara dengan 10,054 miliar dolar AS, berada di bawah devisa dari minyak dan gas (migas) di posisi pertama, kemudian batu bara, dan CPO.
Namun pada 2016 nilai pendapatan dari sektor pariwisata mampu duduk di peringkat kedua dengan 13,568 miliar dolar AS di bawah CPO yang berhasil meraih 15,965 miliar dolar AS. Sektor Migas justru harus turun di posisi ketiga karena nilai jual komoditas ini sempat anjlok dalam beberapa tahun terakhir.
"Sekarang CPO juga mulai turun dan pariwisata terus baik. Maka kita yakin pariwisata akan terus menambah sejalan dengan pertumbuhan jumlah wisatawan. Pasti pada 2018-2019 ini pariwisata sudah menjadi penghasil devisa terbesar," kata Arief dalam pemaparan tiga tahun Jokowi-JK, Selasa (17/10).
Arief menuturkan, jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) menjadi target utama Kemenpar dalam menggenjot penambahan pendapatan. Dari 10 juta wisman pada 2015, tahun ini pemerintah menargetkan ada 15 juta wisman. Angka ini ditargetkan tumbuh dua juta wisman pada 2018, dan kemudian menjadi 20 juta wisman pada 2019.
Untuk memberikan pelayanan yang baik bagi para wisman, selain memperbaiki dan membangun sejumlah infrastruktur penunjang tempat pariwisata seperti rumah makan, dan penginapan, Kemenpar juga menargetkan adanya perbaikan sumber daya manusia (SDM). Sebab melalui sektor pariwisata tumbuh lapangan pekerjaan baru yang berhubungan maupun tidak berhubungan secara langsung dengan Wisman. "Kita akan berupaya melakukan sertifikasi SDM di sektor pariwisata hingga 500 ribu pada 2019," ujarnya.
Menurut Arief, meski Indonesia sudah cukup terkenal sebagai salah satu desitinasi pariwisata yang banyak diincar Wisman, tapi masih banyak kekurangan yang harus segera diperbaiki. Sedikitnya terdapat lima hal yang wajib ditingkatkan kinerjanya seperti keamanan dan keselamatan, kebersihan dan kesehatan, kesiapan teknologi dan informasi, ketahanan lingkungan, dan infrastrutkur untuk turis.
Persoalan ini yang harus segera diperbaiki seluruh sektor yang berkecimpung dalam pariwisata untuk mempermudah jalan Indonesia menjadi negara tujuan pariwisata terbaik.
Debbie Sutrisno