Rabu 11 Oct 2017 08:10 WIB

Kemenag dan BI Kerja Sama Kembangkan Ekonomi Pesantren

Direktur Pendidikan Madrasah Kementrian Agama Nuskholis Satiawan (kanan) didampingi Kasubdit Direktorat Pendidikan Diniyah & Pesantren Dirjen Kementrian Agama Ahmad Zayadi (kiri) memberikan pepaparannya pada acara Diskusi interaktif tentang pendidikan Islam (Ilustrasi)
Foto: Republika/Darmawan
Direktur Pendidikan Madrasah Kementrian Agama Nuskholis Satiawan (kanan) didampingi Kasubdit Direktorat Pendidikan Diniyah & Pesantren Dirjen Kementrian Agama Ahmad Zayadi (kiri) memberikan pepaparannya pada acara Diskusi interaktif tentang pendidikan Islam (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kemenag menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia untuk membangkitkan potensi ekonomi syariah, utamanya di kalangan  pesantren. kerja sama ini bertujuan agar pendidikan autentik milik Indonesia ini tidak hanya fokus mencetak santri yang menguasai ilmu agama,  tetapi juga membidani lahirnya unit-unit usaha.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Ahmad Zayadi mengatakan, selain berkontribusi dalam menopang biaya operasional, hal itu juga diharapkan dapat membangun distingsi keilmuan tafaqquh fiddin pada pondok-pondok pesantren. Dalam kerangka itu, Kemenag dan BI ini saat ini tengah melakukan proses pemilihan Pondok-pondok Pesantren di Kawasan Timur, Jawa, dan Sumatera. "Pesantren terpilih nantinya akan menjadi narasumber dalam International Festival Economic Syariah 2017," ujarnya.

Kegiatan seleksi ini telah diselenggarakan secara berjenjang dan bertahap pelaksanaannya di tiga bagian/wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia Timur dilaksanakan di Makassar, Wilayah Jawa dilaksabakan di Bandung, dan Wilayah Sumatera dilaksanakan di Medan.

“Sinergitas menjadi faktor kunci untuk mengembangkan potensi ekonomi di pondok pesantren,”  ungkap Ahmad Zayadi, yang menjadi salah satu juri dalam kegiatan ini di Medan, Selasa (10/10).

Selain dengan BI, Kemenag juga menjalin kerjasama dengan sejumlah Kementerian dan Lembaga Negara dalam rangka penguatan pondok pesantren. Menurut Ahmad Zayadi, jika kerja sama ini dibangun atas dasar prinsip  profesionalitas dan daya saing yang tinggi, maka  potensi keekonomian pondok pesantren  akan semakin tumbuh, berkembang, dan memiliki skala bisnis yang lebih besar.

Ahmad Zayadi menambahkan, ada dua kebijakan  Kemenag dalam pemberdayaan ekonomi pesantren. Yaitu: pertama, mengambil inisiatif kerjasama dengan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dan Kementerian Perindustrian, terutama dalam pengembangan kawasan industri melalui penyiapan tenaga kerja terampil lulusan pondok pesantren, serta sinkronisasi kawasan industri dan kawasan religius.

Kedua, bersama Bank Indonesia (BI) dan lembaga-lembaga lainnya mengembangkan kerja sama kemitraan dalam pemberdayaan ekonomi pesantren sekaligus penguatan ekonomi syariah. Untuk kemitraan ini, Kemenag bersama lembaga mitra telah menyiapkan template inkubasi bisnis untuk pesantren, roadmap virtual market produk pesantren, pelatihan usaha, dan festival produk pesantren.

“Program-program tersebut juga sangat relevan dengan salah satu ruhul ma’had (jiwa pesantren), yaitu jiwa kemandirian,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, semangat kewirausahaan kepada generasi muda, kaum santri juga harus ditularkan, mengingat jumlah wirausahawan hanya mencapai 1,65 persen dari total penduduk Indonesia. “Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara di kawasan Asia Tenggara lain seperti Singapura (7 persen), Malaysia (5 persen), dan Thailand (3 persen),” tandasnya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement