Selasa 10 Oct 2017 20:05 WIB

Aktivitas Logistik di Jawa Tengah Dinilai Belum Efisien

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Cabai rawit merah.
Foto: Antara
Cabai rawit merah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sistem logistik pangan Indonesia dinilai masih belum optimal. Hal ini diindikasikan dari biaya logistik pada rantai pasok pangan dan hortikultura yang masih berkisar 20 hingga 30 persen dari harga pokok penjualan.

Kondisi tersebut dipicu oleh tidak efisiennya aktivitas logistik yang terjadi pada rantai pasok bahan pangan tersebut, sehingga berdampak pada tingkat kestabilan dan keterjangkauan harga komoditas pangan.

Hal ini ditegaskan Kepala Group Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra pada Seminar Nasional “Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan”, di Semarang, Selasa (10/10).

Menurut Rahmat, ketahanan pangan menjadi isu strategis mengingat sektor pangan merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan Indonesia karena merupakan tumpuan utama bagi penghidupan sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal di perdesaan.

Hal ini menyebabkan ketahanan pangan berhubungan erat dengan permasalahan sosial ekonomi lain seperti tingkat kestabilan dan keterjangkauan harga komoditas. “Apabila tidak tertangani dengan baik masalah ini akan semakin membebani tingkat kemiskinan masyarakat,” katanya.

Data Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah di bulan Maret 2017, jelasnya, menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin masih sebanyak 4,45 juta orang (13,01 persen). Jumlah ini mengalami penurunan apabila dibandingkan periode yang sama, tahun 2016 sebanyak 4,49 juta orang (13,27 persen).

Persistensi tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tersebut dikontribusikan oleh peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan yang jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

Hal ini memberikan indikasi bahwa salah satu upaya mengurangi tingkat kemiskinan di Jawa Tengah adalah melalui ketahanan pangan. Oleh karena itu, stabilitas harga pangan menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Kestabilan harga pangan sangat ditentukan oleh sistem logistik yang bukan hanya berfungsi untuk penyimpanan dan distribusi hasil pertanian, tetapi juga berfungsi untuk mempertahankan kualitas hasil pertanian hingga sampai ke konsumen.

Yang menjadi persoalan, sistem logistik pangan Indonesia masih belum optimal. Dalam menangani permasalahan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah selalu berpartisipasi aktif untuk memberikan alternatif solusi.

Salah satunya dalam bentuk kerja sama Bank Indonesia dengan stakeholder terkait untuk melakukan pengendalian inflasi. Sebagai bentuk upaya menjaga suplai barang, Bank Indonesia berinisiasi memberikan bantuan teknologi dengan memanfaatkan ozon untuk menjaga komoditas pasca panen baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. “Dengan memanfaatkan ozon, harga komoditas tidak terpuruk pada saat musim panen tiba yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani,” ujarnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement