REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia yang menurun dari prediksi sebelumnya dinilai realistis. Persoalan internal disebut jadi penyebab masih tertahannya pertumbuhan ekonomi.
Ekonom CORE Akhmad Akbar Susamto menjelaskan, kemungkinan pertumbuhan ekonomi 2017 memang tidak akan jauh dari lima persen. CORE juga memprediksi tingkat pertumbuhan ekonomi tidak akan melebihi 5,1 persen.
''Dengan penurunan proyeksi tersebut, berarti Bank Dunia lebih realistis dalam melihat kondisi perekonomian Indonesia,'' ungkap Akbar melalui pesan aplikasi daring, Rabu (4/10).
Penyebab lemahnya pertumbuhan ekonomi, kata dia, karena kelesuan ekonomi domestik. Sementara, kondisi perekonomian global sendiri saat ini sudah mulai membaik.
Konsumsi swasta pun diprediksi tidak cukup mendongkrak pertumbuhan ekonomi karena akan melemah sampai akhir tahun. Penurunan daya beli terjadi di kelas menengah ke bawah. Sementara, kelas menengah atas masih menahan belanja.
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan PDB riil Indonesia mencapai 5,1 persen pada 2017. Proyeksi itu menurun dibandingkan laporan yang dikeluarkan Bank Dunia pada kuartal kedua 2017 yaitu sebesar 5,2 persen.
Meski begitu, Bank Dunia tetap memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 berada di angka 5,3 persen. Ini karena dukungan perekonomian global dan kondisi domestik diprediksi akan lebih kuat pada tahun depan.
Meski pertumbuhan PDB Indonesia masih yang tercepat, Bank Dunia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kuartal kedua 2017. Bank Dunia melihat tidak ada percepatan di tengah lingkungan eksternal dan momentum reformasi kebijakan domestik yang baik. Bank Dunia juga mencatat pertumbuhan konsumsi swasta tetap sama pada kuartal kedua 2017.