REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG --PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) siap melakukan pembiayaan untuk pembangunan apartemen atau asrama (tower) bagi mahasiswa di berbagai kampus dan universitas di Indonesia. Pembangunan tower ini merupakan salah satu bentuk kepedulian BTN terhadap kegiatan pendidikan di Indonesia.
"Tower atau asrama untuk mahasiswa ini bisa dibeli atau disewa oleh orang tua mahasiswa. Untuk menjamin tower ini bebas narkoba, kami bekerja sama dengan BNN," ujar Direktur Utama BTN Maryono, yang juga Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Dipenogoro (Undip), di Semarang, dalam siaran pers, Sabtu (30/9).
Dia mengatakan setelah memulai pembangunan tower untuk mahasiswa Universitas Indonesia (UI) tiga bulan lalu, BTN akan membangun kembali tower mahasiswa di beberapa perguruan tinggi lainnya di Indonesia, termasuk dalam hal ini di Undip. Rencananya peletakan batu pertama akan dilakukan pada 16 Oktober mendatang.
Setelah itu, kata Maryono, BTN akan melakukan pembangunan tower di universitas lainnya seperti seperti Universitas Airlangga, Brawijaya, dan beberapa universitas lainnya. Tower ini nantinya juga bisa dimiliki oleh dosen dan para alumni.
Selain pembiayaan tower bagi mahasiswa, BTN juga akan memberikan fasilitas digital zone di kamus kerja sama dengan Gramedia yang bisa mengunduh rubuan literatur buku untuk keperluan mahasiswa dalam belajar. Ada juga sistem yang memungkinkan mahasiswa dapat melihat jadwal kuliah yang dapat diakses di setiap kamar pada tower tersebut.
''Perguruan tinggi itu potensi pasarnya cukup besar untuk digarap BTN. Makanya kami masuk untuk menyediakan layanan perbankan,'' jelas Maryono.
Maryono mengungkapkan untuk mempercepat program pembangunan sejuta rumah di daerah, dirinya telah menyampaikan kepada Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo untuk membantu memangkas perizinan yang selama ini jadi hambatan. Rencananya, menurut dia, Mendagri akan mengumpulkan para gubernur seluruh Indonesia untuk membahas hal tersebut.
Langkah ini diharapkan akan menjadi salah satu solusi memecah hambatan percepatan pembangunan sejuta rumah, khususnya yang masih terjadi di daerah. Dengan itu, program sejuta rumah akan dapat dilakukan dengan cepat dan masyarakat dapat segera menikmatinya.