REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan financial technology (fintech) terus meluas di mana kini tidak hanya peer to peer (P2P) lending tapi juga pembayaran hingga pengumpulan dana. Fintech dinilai dapat menjangkau masyarakat di perdesaan yang kebanyakan belum layak mendapat pembiayaan bank (unbankable).
Salah satu pelaku fintech pembayaran, PT Odeo Teknologi, mengaku telah memiliki belasan ribu agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Padahal perusahaan keuangan digital ini baru resmi berdiri pada Januari 2017.
"Jadi, kita jadikan agen sebagai pengganti mesin ATM. Konsumen bisa setor uang, tarik uang, beli pulsa, dan lainnya melalui agen tersebut," jelas Founder & CEO Odeo, Christian Angga. saat ditemui di Jakarta, akhir pekan ini.
Ia menuturkan saat ini agen terbanyak berada di Bogor dan pinggiran Jakarta. Juga, sudah ada agen-agen di Pekan Baru, Riau, bahkan dari Sabang sampai Merauke.
Uniknya, kata Angga, sebagian besar agen itu tidak memiliki rekening bank. Dengan begitu mereka tidak melakukan top up atau isi ulang lewat bank melainkan melalui toko ritel seperti Alfamart.
Total transaksi melalui agen Odeo mencapai Rp 200 juta sampai Rp 300 juta per hari. Berarti, Angga menjelaskan ada transaksi Rp 5 miliar sampai Rp 10 miliar per bulan.
Ia pun menargetkan dalam satu hingga dua tahun ke depan, jumlah agennya mampu menembus satu juta. Odeo akan merambah ke uang elektronik atau e-money. Hanya saja saat ini belum bisa direalisasikan karena menunggu regulasi.
Menurut Angga, fintech tidak berkompetisi dengan bank sebab target pasarnya berbeda. "Di Indonesia masih ada kesempatan sekitar 64 persen yang belum bankable, itulah potensi kita," jelas dia.
Uang elektronik, bagi dia, merupakan masa depan dari uang. Pasalnya ke depan masyarakat ingin lebih mudah bertransaksi melalui ponselnya.