REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Keberadaan elpiji ukuran 3 kilogram langka di sejumlah daerah di Sumatra Utara. Setidaknya ada empat wilayah di provinsi ini yang warganya mengaku kesulitan mendapatkan gas elpiji bersubsidi tersebut, yakni Medan, Binjai, Langkat, dan Deli Serdang.
Salah seorang warga Medan Perjuangan, kota Medan, Ebina (56 tahun) mengatakan, elpiji 3 kg sulit didapat sejak sepekan terakhir. Sejumlah pengecer yang didatanginya mengaku tidak memiliki stok sama sekali.
"Udah seminggu ini nggak ada. Mesti keliling-keliling agak jauh baru dapat. Capek kita mau nyari LPG aja. Dulu disuruh pindah ke gas, sekarang malah susah dapatnya," kata ibu rumah tangga ini, Jumat (29/9).
Hal senada disampaiakan Elpheria (48), warga Sunggal, kabupaten Deli Serdang. Selain sulit didapat, elpiji 3 kg yang langka pun harganya dinaikkan secara semena-mena oleh para pengecer. "Udah langka, mahal lagi.Biasanya paling mahal Rp21 ribu per tabung. Sekarang paling murah Rp 25 ribu," ujar dia.
Begitu juga dengan warga Kebun Lada, kota Binjai, Ismail (51). Ismail mengatakan, sudah hampir dua pekan tidak mendapatkan elpiji 3 kg. Akibat langka, pria yang sehari-hari berjualan pisang goreng ini mengaku terpaksa membeli elpiju ukuran 5 kg yang tidak disubsidi pemerintah. "Didorong-dorong lah kami sama pengecernya untuk beli yang 5 kilogram. Padahal kami pedagang kecil ini kan harusnya disubsidi pemerintah," kata Ismail.
Salah satu warga Namo Ukur, kabupaten Langkat, Unggun (42) meminta pemerintah segera mendistibusikan elpiji 3 kg di daerah mereka. Pria yang memiliki pangkalan elpiji 3 kg ini mengaku sudah sepekan terakhir tidak mendapatkan pasokan dari distributor.
"Memang nggak ada pasokan. Kami tanya ke distributor, kata mereka, untuk wilayah kita udah nggak ada stok. Kalau sudah kosong begini kan semua repot. Harusnya ini bisa diantisipasi Pertamina dengan melarang warga yang mampu, menggunakan elpiji 3 kilogram," kata Unggun.