Senin 11 Sep 2017 15:28 WIB

Ribuan Hektare Sawah Padi di Kabupaten Cirebon Kekeringan

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
kekeringan - ilustrasi
kekeringan - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON – Musim kemarau saat ini telah mengakibatkan ribuan hektare tanaman padi di Kabupaten Cirebon mengalami kekeringan. Jika tidak segera teratasi, maka kondisi itu bisa mengganggu produksi padi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Ali Efendi, menyebutkan, luas areal tanaman padi di Kabupaten Cirebon yang saat ini mengalami kekeringan mencapai 1.173 hektare. Dari jumlah itu, sebanyak 679 hektare masuk kategori kekeringan ringan, 199 hektare kekeringan sedang dan 295 hektare mengalami kekeringan berat.

''Jika tidak segera mendapat pasokan air, maka tanaman padi yang saat ini mengalami kekeringan berat akan mengalami puso (gagal panen),'' kata Ali kepada Republika.co.id, Senin (11/9).

Ali menyebutkan, areal tanaman padi yang saat ini mengalami kekeringan tersebar di Kecamatan Mundu, Kapetakan, Suranenggala, dan Gunung Jati. Adapun umur tanaman padi di daerah-daerah tersebut berkisar antara 15 hari hingga menjelang panen.

Kekeringan yang melanda areal persawahan itu disebabkan kurangnya pasokan air dari irigasi. Khusus untuk areal persawahan di Kecamatan Gunung Jati, Kapetakan dan Suranenggala, pasokan airnya berasal dari Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka, yang bersumber dari Bendungan Jatigede, Kabupaten Sumedang. ''Kami minta agar ada tambahan pasokan air dan pengawalan agar air bisa sampai ke areal sawah,'' tutur Ali.

Ali mengatakan, jika kekeringan itu tidak segera diatasi, maka akan mengganggu produksi padi. Selain itu, petani juga akan mengalami kerugian yang besar. Ali menyebutkan, luas tanam gadu saat ini di Kabupaten Cirebon mencapai 92.271 hektare. Dari jumlah tersebut, luas areal yang sudah panen mencapai 69.172 hektare. Dengan demikian, ada sekitar 23 ribu hektare lagi yang belum panen.

Ali mengakui, produktivitas padi pada musim tanam kali ini mengalami penurunan, dari yang biasanya rata-rata 6,5 ton per hektare menjadi rata-rata 5,6 ton per hektare. Menurutnya, kondisi tersebut terjadi akibat serangan hama kerdil hampa (klowor) yang menyerang beberapa waktu lalu.

 Sementara itu, salah seorang petani di Kecamatan Suranenggala, Abdullah, berharap agar ada bantuan pasokan air yang cukup untuk mengairi areal sawah di daerahnya. Apalagi, saat ini merupakan puncak musim kemarau sehingga tak bisa mengharapkan air hujan. ''Kalau sampai mengalami puso (akibat kekeringan), tentu akan merugikan petani,'' kata Abdullah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement