REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina telah memulai studi untuk menentukan kapan waktu yang tepat melarang produksi dan penjualan mobil bertenaga minyak atau BBM. Meski belum menentukan kapan pelarangan tersebut akan diterapkan, Wakil Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi Cina Xin Guobin memprediksi, kebijakan itu akan menimbulkan gejolak yang pada akhirnya memaksa produsen mobil untuk beradaptasi.
"Kementerian sudah memulai riset dan akan segera menentukan batas waktu dengan departemen terkait. Hal ini akan membawa perubahan yang besar pada pengembangan industri mobil kita," kata Xin, dalam sebuah acara industri otomotif di Kota Tianjin, seperti dikutip Reuters (10/9).
Rencana Pemerintah Cina untuk melarang produksi dan penjualan mobil bertenaga BBM ini bertujuan untuk mengurangi polusi udara. Selain itu, kebijakan tersebut juga bertujuan untuk mengurangi gap antara produsen mobil asal Cina dengan kompetitor asing mereka.
Cina telah menargetkan dapat memproduksi mobil elektrik dan mobil hibrid paling tidak pada 2025 mendatang. Karena itu, Xin mengimbau pada para produsen mobil lokal untuk segera beradaptasi dan menyiapkan strategi demi menghadapi era baru kendaraan di masa depan.
Keputusan Cina untuk segera melarang penjualan mobil bertenaga BBM ini juga dipastikan akan berdampak signifikan pada industri minyak. Sebab, Negeri Tiongkok tersebut saat ini tercatat sebagai konsumen BBM kedua terbesar di dunia. Bulan lalu, China National Petroleum Corp (CNPC) mengatakan kebutuhan energi di Cina akan mencapai puncaknya pada 2040 seiring dengan meningkatkanya konsumsi BBM untuk kendaraan.