REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyebut Menteri BUMN Rini Soemarno telah ingkar janji. Sebelumnya Rini telah menjajikan akan memberi rendemen kepada petani tebu sebesar 8,5 persen, tapi realisasinya hanya 6 persen.
"Kalau bu menteri tidak becus lebih baik mundur. Kita bukan petani abal-abal, bukan tukang becak yang mengaku petani ," teriak Syarifuddin, petani tebu asal Jember yang menjadi orator aksi depan gedung Kementrian BUMN pada Senin (28/8) siang.
Impor gula rafinasi serta HPP sebesar Rp 9.700 dianggap telah mematikan petani tebu. Hasil panen mereka menumpuk di gudang dan tidak mampu bersaing. Syarifuddin juga menuding bahwa Menteri BUMN telah mengajak kelompok APTRI palsu untuk berunding.
"Kalau APTRI yang menyetujui impor itu APTRI abal-abal. Apakah mereka punya SK Kemenkumham. Kami APTRI yang asli," ujarnya.
Ia mengungkapkan APTRI yang sesungguhnya tidak pernah diajak berunding. Kesalahan tersebut membuat Menteri BUMN keliru mengambil keputusan. Karena ada kelompok lain yang mengatasnamakan APTRI. Selain itu massa aksi juga menuntut agar pabrik gula yang sudah tua agar direvitalisasi. Sehingga mereka dapat menghasilkan gula yang memiliki daya saing.