Ahad 27 Aug 2017 17:42 WIB

Jumlah Angkot Pengguna BBG Terus Bertambah

 Angkutan perkotaan (angkot) yang telah menggunakan bahan bakar gas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) Demang Lebar Daun, Palembang, Sumatera Selatan.
Foto: Nila Fu'adi/Antara
Angkutan perkotaan (angkot) yang telah menggunakan bahan bakar gas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) Demang Lebar Daun, Palembang, Sumatera Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Jumlah angkutan kota atau angkot pengguna bahan bakar gas (BBG) di Kota Bogor, Jawa Barat terus bertambah dan tahun ini total ada 470 unit yang sudah menggunakan bahan bakar alternatif tersebut. "Minat angkot BBG semakin meningkat, para sopir lebih suka narik dengan BBG," kata Wakil Sekretaris Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor, Yadi Indra Mulyadi di Bogor, Jumat (25/8).

Ia menyebutkan, program angkot BBG diinisiasi sejak tahun 2009 melalui program bantuan pemerintah untuk memasang 1.001 unit 'converter kit'. Namun, program tersebut mandek, kebanyakan angkot yang sudah memasang tabung gas, kembali menggunakan BBM.

Tahun 2014 program tersebut kembali diaktifkan, Pemerintah Kota Bogor bekerja sama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk memasang 50 unit 'converter kit' melalui program pertanggungjawaban sosial perusahaan.

"Program dengan PGN ini bertahap, awalnya ada 50 angkot, lalu 300 angkot dulu sudah dipasang converter kit kita aktifkan lagi," kata Yadi.

Menurut Yadi, 350 unit angkot tersebut beroperasi di wilayah Kota Bogor, terdiri atas trayek 01 (Cipinang Gading-Yasmin), trayek 02 (Bubulak-Ciawi), trayek 03 (Bubulak-Baranangsiang), trayek 15 (Merdeka-SBJ), ada juga trayek 10.

"Selain trayek Kota Bogor, ada juga 75 angkot trayek kabupaten, yakni Parung dan Kemang," kata Yadi.

Yadi menyebutkan, penggunaan BBG semakin diminati oleh para sopir karena lebih hemat dari pada menggunakan BBM. Sehari biasanya supir mengeluarkan Rp150 ribu untuk BBM, dengan BBG hanya Rp45 ribu.

"Ada supir yang ketika kita ajak narik (nyupir), mereka malah tanya bali, pake BBG atau tidak. Kalau pakai BBG mereka lebih senang, karena lebih hemat," katanya.

Keuntungan lainnya, lanjut Yadi, dari segi emisi kendaraan. Penggunaan BBG membuat emisi berkurang, sehingga pemilik angkot menjadi lebih ringan untuk biaya perawatan.

Yadi menambahkan, tahun ini akan ada penambahan 100 unit angkot yang beralih menjadi BBG, dalam waktu dekat akan dilakukan pemasangan converter kit. Menurutnya, keterbatasan SPBG membuat penambahan jumlah angkot BBG menjadi terhambat. Saat ini baru ada satu unit SPBG yang terletak di Jl Merdeka.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement