Kamis 17 Aug 2017 09:43 WIB

Lisdes Signifikan Tingkatkan Ekonomi

Rep: Rakhmat Hadi Sucipto/ Red: Hiru Muhammad
Avelinda Obe, perajin tenun asal Desa Naekake A, Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (16/8), mengaku bisa menghasilkan kain tenun hingga dua kali lipat dalam sebulan setelah listrik masuk desa dibandingkan saat menggunakan lampu minyak tanah.
Foto: Dok Rakhmat Hadi Sucipto
Avelinda Obe, perajin tenun asal Desa Naekake A, Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (16/8), mengaku bisa menghasilkan kain tenun hingga dua kali lipat dalam sebulan setelah listrik masuk desa dibandingkan saat menggunakan lampu minyak tanah.

REPUBLIKA.CO.ID, MUTIS – Program listrik desa (lisdes) terbukti mampu membantu meningkatkan perekonomian rakyat di daerah. Hadirnya listrik terbukti mampu membuka peluang usaha dan meningkatkan produktivitas.

 “Saya saja sekarang bisa menghasilkan kain tenun lima sampai enam kain dalam sebulan setelah ada listrik masuk desa,” ungkap Avelinda Obe, perajin tenun asal Desa Naekake A, Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (16/8). “Dulu waktu pakai pelita cuma bisa bikin paling-paling dua sampai tiga kain tenun dalam satu bulan.”

Pelita yang dimaksud Avelinda adalah lampu penerangan yang menggunakan minyak tanah. “Sudah begitu, sekarang juga saya bisa lebih hemat,” lanjut Avelinda. Pengeluaran keluarga Avelinda memang tergolong boros ketika menggunakan lampu tempel.

Dia harus mengeluarkan  anggaran Rp 75 ribu setiap bulan. Saat ini, dia cukup membeli pulsa token seharga Rp 20 ribu. “Dengan beli  pulsa Rp 20 ribu, kami bisa menikmati listrik sampai tiga bulan. Besar sekali selisihnya,” tutur Avelinda,  sambil menyelesaikan kain tenunannya.

“Kami memang tak banyak pakai listrik. Paling tiga lampu yang wattnya juga rendah sama TV,” kata Basilius Falo, suami Avelinda. “Siang juga kan jarang dipakai. Orang-orang sini, termasuk saya, petani. Kalau pagi sampai siang atau sore pergi ke ladang.”

Camat Mutis, Dami Kono, mengaku bersyukur listrik sudah masuk ke wilayahnya meski belum 100 persen. Dari empat desa di wilayah Kecamatan Mutis, ada satu desa, yaitu Desa Noelelo yang sama sekali belum mendapatkan  pasokan listrik. Satu desa lainnya, Desa Tasinifu, sudah teraliri listrik, tetapi belum seluruh keluarga menikmatinya. Warga di Desa Naekake A dan Naekake B sudah 100 persen mendapatkan aliran listrik.

 “Dari total 1.775 kepala keluarga di empat desa wilayahnya, sebanyak 472 keluarga di antaranya sudah berlistrik. Kami berharap PLN bisa segera masuk ke desa itu," ujar Dami Kono penuh harap.Ada alasan khusus yang membuat Camat Mutis sangat berharap listrik bisa mengaliri seluruh warga di wilayahnya.

Masuknya listrik terbukti mampu meningkatkan perekonomian warga yang mayoritas masuk kategori miskin. Produktivitas mereka juga meningkat. Sebagai contoh, ibu-ibu yang mempunyai keahlian menenun kain bisa menghasilkan produk dua kali lipat, bahkan lebih begitu listrik masuk desa dibandingkan ketika mereka menggunakan lampu minyak tanah.

PLN menjamin pada tahun ini sudah bisa menyediakan jaringan listrik di seluruh wilayah Kecamatan Mutis. Menurut Manajer Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) PLN Wilayah NTT, Joko Martono, timnya sudah bergerak melakukan sosialisasi dan persiapan pembangunan jaringan kelistrikan ke Desa Noelelo. "Kami targetkan awal Desember ini sudah selesai,” ujarnya.

Listrik masuk desa di wilayah Kecamatan Mutis sejak Agustus 2015. Namun, saat itu warga belum menikmatinya secara penuh alias tidak bisa 24 jam. Sejak Februari 2016, aliran listrik bisa dinikmati selama 24 jam. Supervisor Operasi Kefamenanu PLN Sektor NTT, Welem Ch Thomas, mengungkapkan PLTD Naekake terisolasi memiliki  lima pembangkit berkapasitas 414 kW. Pembangkit ini memiliki jaringan menengah dan rendah sepanjang 28,6 kms dan melayani 472 pelanggan.

 “Listrik juga membuat anak-anak bisa belajar dengan lebih baik karena malam hari ada penerangan yang sangat memadai,” tutur Daud Salehton, guru SMPN Aplal. “Pengetahuan mereka juga bertambah karena bisa mengakses informasi, termasuk dari televisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement