Senin 14 Aug 2017 19:57 WIB

Kemarau, 16 Ribu Lahan Pertanian Puso

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Seorang petani, Idrus (67) membersihkan sawahnya yang mengalami kekeringan di Desa Lubuk Puar, Padangpariaman, Sumbar. Akibat rusaknya hulu irigasi dan musim kemarau, ratusan hektare sawah di kecamatan itu terancam gagal panen.
Foto: ANTARA
Seorang petani, Idrus (67) membersihkan sawahnya yang mengalami kekeringan di Desa Lubuk Puar, Padangpariaman, Sumbar. Akibat rusaknya hulu irigasi dan musim kemarau, ratusan hektare sawah di kecamatan itu terancam gagal panen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Musim kemarau yang menyerang wilayah Indonesia membuat sebanyak 16.495 hektare lahan pertanian puso. Angka tersebut tersebar di delapan Provinsi dengan yang terparah adalah Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Sulsel itu 16.355 hektare, yang lainnya kecil-kecil," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Maman Suherman saat dihubungi republika.co.id, Senin (14/8).

Ia menambahkan, selain Sulsel lahan puso juga ada di Sulawesi Barat seluas tiga hektare, Sumatera Utara seluas dua hektare, empat hektare di Sumatera Barat, 55 hektare di Riau, 21 hektare di Jambi, 42 hektare di Sumatera Selatan dan 13 hektare di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Deputi Klimatologi BMKG Prabowo M Rahadi mengatakan, saat ini Indonesia memang sudah masuk musim kemarau. Umumnya kemarau terjadi dari Sumatera bagian tengah ke selatan dari Sumatera Selatan, Lampung kemudian juga Jawa, Bali, NTB, NTT. Kemarau juga terjadi di Sulawesi bagian selatan dan Papua bagian selatan. 

"Ini daerah-daerah yang saat ini pada kondisi musim kemarau. Sebetulya bagian lain juga curah hujan mulai kurang tapi relatif masih ada hujan," ujarnya. 

Untuk daerah-daerah Jawa, ia melanjutkan, khususunya Jawa ke arah timur yakni NTT merupakan daerah dengan kondisi paling kering. Sebab, potensi hujan di wilayah tersebut sudah berkurang. Bahkan berdasarkan catatan BMKG ada beberapa daerah yang sudah tidak hujan 20 hari berturut-turut. 

BMKG memprediksi pada awal Oktober sudah ada potensi hujan. Namun, curah hujan baru relatif banyak pada pertengahan Oktober. Itu artinya, masih dua bulan lagi sebelum curah hujan kembali membaik.

Prabowo melanjutkan, sebenarnya kekeringan di daerah-daerah timur sudah terjadi sejak Mei. Beberapa catatan BMKG yang lalu, sepanjang 70 hari tidak turu hujan di wilayah tersebut sebelum akhirnya kekeringan kembali terjadi. Istilahnya, kata dia, rentetean tidak hujannya sempat terpotong. Namun kini kemarau mulai menyebar di wilayah lain termasuk Yogyakarta.

"Jawa bagian tengah, bagian selatan sepeti Yogya bagian selatan ini juga relatif sudah mulai kering," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement